Berbincang dengan Caglar Kimyoncu rasanya seperti menemukan oasis di tengah gurun yang gersang: menyegarkan, menenangkan dan melegakan. Selama dua tahun terakhir, seniman yang berbasis di London ini menjelajahi Indonesia untuk proyeknya What Makes You Who You Are, yang mulai tahun lalu di Yogyakarta bersama komunitas seniman PSBK.
“Saya sangat menikmati pengalaman tersebut, yang membuka mata saya. Saya ingin belajar lebih banyak dan bertemu dengan lebih banyak orang. Maka dari itu, saat muncul kesempatan untuk melakukan proyek ini di kota-kota lain, saya langsung mengiyakan,”
jelasnya di sesi temu wicara seniman di Festival Bebas Batas, di mana karya seni tersebut ditampilkan selama acara berlangsung.
Manusia kerap menjadi tema utama dalam karya Kimyoncu, dan sesuai dengan judulnya, What Makes You Who You Are melakukan pendekatan yang mendalam terhadap tema tersebut. “Karena manusia berubah setiap waktu,” alasannya saat ditanya tentang inspirasi proyek tersebut. “Kita berpura-pura mengenal atau menyukai diri sendiri. Namun terkadang tidak begitu. Dulu saya kerap mengaku berpikiran terbuka, peka dan perhatian, namun sebenarnya tidak juga. Jadi saya pun perlu memperbaiki diri. Saya sering bilang agar kita tidak berasumsi, namun nyatanya saya sering melakukan itu,” jelasnya. “Jadi saya pikir proyek ini adalah tentang berani bertanya kepada diri sendiri, “Siapa orang ini?”, dan berhenti berasumsi bahwa kita mengenal orang lain,” sambungnya. “Ini juga tentang menciptakan ruang untuk berbicara.”
Bagi Kimyoncu, berbicara adalah aktivitas yang penting dalam proses kreatif, dan inilah yang membuat What Makes You Who Are menggelitik: proyek ini tidak semata-mata terpusat pada visi sang seniman, namun lebih tentang cerita hidup para seniman asal Jakarta dan Yogyakarta yang ambil bagian dalam proyek ini. “Meskipun ini kali kedua saya menjalankan proyek ini di Indonesia, ada pengalaman yang berbeda di setiap kota,” ungkapnya, sembari bercerita tentang pengalamannya melihat anak-anak pergi sekolah di pagi hari ketika di Makassar. “Saya akan melewatkan itu kalau misalnya saya hanya di kamar hotel saya saja. Bagi saya, ke mana pun saya pergi atau apa pun yang saya lakukan, selalu ada pengalaman baru yang menanti dan kita harus terbuka terhadap itu,” ucapnya seraya berfilosofi.