By Paul Goodenough, Rewriting Extinction

19 September 2023 - 12:07

The final panels of the two comics of Rewriting Extinction in Southeast Asia. The left is taken from TRAWL, drawn by Ariela Kristantina, depicting a father and son on a small dinghy above, while a mother and daughter turtle swims below. Text above reads, “For now, I think. But the ships won’t stop. Turtles and other creatures will still be endangered. Just like them, we’re running out of food in our own home. Soon, there’ll be nothing left.”
The final panels of the 'TRAWL' and 'Plastic Kills' comics. ©

Rewriting Extinction

Jika hendak mengubah pikiran orang, fakta saja tidak cukup. Diperlukan cerita yang menarik untuk itu. Rewriting Extinction berkolaborasi dengan para ahli dan seniman dan untuk menciptakan komik-komik menyentuh mengenai isu lingkungan hidup di Indonesia.

Rewriting Extinction (“Menulis Ulang Kepunahan”) bertujuan menemukan cara-cara baru untuk membingkai masalah lingkungan melalui cerita fiksi. Kami menggunakan cerita-cerita tersebut untuk menginspirasi para pemirsa baru untuk peduli dan mengubah kebiasaan mereka.

Selama saya bekerja di Rewriting Extinction, saya telah melakukan lebih dari 200 kolaborasi. Dalam kolaborasi kali ini, kami membuat beberapa komik tentang hubungan antara polusi plastik di Indonesia dan satwa liar setempat. Sejujurnya, ini merupakan salah satu pengalaman paling berharga dan membanggakan bagi saya.

Rewriting Extinction mencoba memberikan tanggung jawab dan kebebasan seluas mungkin pada para penulis dan pendongeng kami. Kami hadir untuk menghubungkan karya seni dan tutur cerita mereka dengan para ahli dan solusi konkret. Dengan begitu, kita tidak hanya membicarakan masalahnya, tapi juga apa yang bisa dilakukan masyarakat untuk mengatasinya.

Membuat karya komik yang kuat

Untuk komik pertama, saya bekerja dengan Ariela Kristantina, seorang penulis dan seniman hebat yang banyak bekerja di komik cetak tradisional. Dia amat piawai dalam menggabungkan topik permasalahan dengan kisah emosional yang kuat, tepat sejalan dengan tujuan saya mendirikan Rewriting Extinction.

Kisahnya terfokus pada gagasan tentang keluarga: ibu dan anak penyu serta ayah dan anak nelayan. Kisahnya dengan indah menyandingkan potret kehidupan bagi dua kelompok keluarga yang berbeda.

Cerita kedua dengan Pungky dan Sheila merupakan kolaborasi tiga arah. Pungky adalah pakar lingkungan yang banyak bekerja di hutan untuk menyelamatkan tumbuhan dan hewan. Ia mendidik generasi muda tentang praktik-praktik berkesinambungan dan cara lebih baik untuk berinteraksi dengan satwa liar.

Kami berbicara tentang mentalitas gelas sekali pakai di Jakarta. Orang-orang membuang sampah gelas kopi mereka sembarangan. Mereka tidak menyadari bahwa angin muson dan hujan akan membawa gelas-gelas tersebut ke dalam aliran air. Tidak ada sistem penyaringan di Jakarta, sehingga sampah akan langsung turun dan merusak ekosistem di sekitarnya.

Proses yang lancar sepanjang perjalanan

Kami melakukan segalanya melalui konferensi video, mengatur waktu sehingga kedua zona waktu kami bertemu di tengah secara nyaman. Kami mendiskusikan dan memutuskan ide-ide kami melalui pertemuan ini, mengirimkan ringkasannya melalui email, lalu mengubah ide tersebut menjadi naskah.

Setelah semuanya menyetujui naskahnya, kami melanjutkan dengan sketsa. Setelah disepakati, kami akan menggambar, mewarnai, dan menulis komiknya. Semuanya berjalan sangat cepat tanpa banyak hambatan.

Kami merilis komik kami di media sosial dan memastikan semua orang dapat melihatnya. Kami tidak membatasi konten kami di balik keharusan membayar atau apapun. Kami mempublikasikan konten tersebut di seluruh kanal kami dan melakukan Instagram Live untuk menjangkau lebih banyak pemirsa, melakukan yang terbaik untuk memberikan peluang maksimal bagi karya-karya kami untuk terlihat dan membuat perbedaan.

A panel from TRAWL, after inking and in the final artwork. ©

Rewriting Extinction

A panel from Plastic Kills, in sketch form and in the final artwork. ©

Rewriting Extinction

Pentingnya kolaborasi yang tulus

Ketika fakta dan sains tidak berhasil, cerita dapat berhasil. Saya percaya kami telah membuat beberapa karya seni indah yang dapat mendidik dan mengubah pikiran orang.

Tantangan terbesarnya adalah memastikan cerita-cerita kami dapat diterima lintas budaya, baik oleh pemirsa berbahasa Inggris maupun Indonesia. Hal ini mengharuskan kami untuk benar-benar mendengarkan. Di Inggris, misalnya, proses seputar gelas sekali pakai tidak sama dengan di Indonesia, jadi kami harus memikirkan bagaimana kisah tersebut masih bisa relevan di sana.

Bagi saya, semua berasal dari kolaborasi yang tulus. Jika seluruh pihak menginginkan hasil terbaik dan mampu mendengarkan satu sama lain, inovasi akan terjadi. Saya cukup percaya kami semua telah menjalin persahabatan, dan semoga juga hubungan profesional, seumur hidup.