By Shakia Stewart, Digital Content Manager

19 Oktober 2017 - 15:56

Rituals for Change karya Emma Frankland

Kami berbincang kepada seniman performans Emma Frankland dan Jo Hellier mengenai pengalaman mereka bekerja sama dengan 69 Performance Club di Jakarta, sebelum tampil dalam rangka UK/ID Festival 2017 pekan ini.

Tentang Jakarta

Sebagai sebuah kota, Jakarta benar-benar total. Menyerang seluruh panca indera secara sekaligus. Saya sudah menyambangi banyak kota besar di dunia tapi belum pernah sebesar ini, segerah ini, sebising ini, dan sekeras ini. Saya terus menunggu kota ini untuk berhenti, semacam momen istirahat, tapi ternyata tidak pernah ada, tak peduli jam berapa atau hari apa! Namun itulah yang membuat kota ini luar biasa, penuh kehidupan. –Emma

Saya melihat Jakarta sebagai kota yang sangat semrawut dan menyenangkan dan menarik. Segalanya terasa berbeda di sini. Semua sistem bekerja dengan berbeda, dan laju kehidupannya pun sangat berbeda. Jadi merupakan hal yang sangat menarik untuk bisa melihat cara orang hidup di sini, dan menemukan cara berkeliling kota. Saya mengalami gegar budaya ketika pertama kali sampai di Jakarta, tapi kini saya sudah mulai terbiasa. –Jo

Tentang bekerja sama dengan orang-orang kreatif di Indonesia

Saya pikir merupakan hal yang sangat penting untuk bekerja sama dengan orang-orang dari budaya berbeda. Anda memiliki banyak hal untuk dipelajari tiap kali bekerja dengan orang dari budaya yang berbeda, tempat yang berbeda, dan juga pengalaman yang berbeda. Saya pikir Indonesia dan Jakarta menjadi sangat menarik bagi saya karena saya belum pernah ke belahan dunia yang ini sebelumnya, jadi saya memakai kesempatan ini untuk mengambil pengaruh-pengaruh baru.

Saya juga tertarik dengan sejarah kolektivisme di Jakarta dan Indonesia, karena terlihat bahwa di sini ada budaya kolektif yang kuat; di Inggris Raya pun ada, namun sepertinya tidak setua dan semapan di sini. Kami sedang bekerja sama dengan sebuah kolektif seni yang sudah ada cukup lama, jadi merupakan hal menarik untuk bisa melihat bagaimana cara mereka bekerja dan bagaimana kolektivisme sudah menjadi budaya di sini. –Jo

Penting untuk memperluas cakupan orang yang berkolaborasi dengan kami. Saya tidak pernah ke Asia sebelumnya, tidak pernah ke Indonesia. Kolaborasi ini dilakukan dengan orang-orang yang hidup dengan cara berbeda dibanding saya, jadi saya pikir ini memperkaya diri. Ada budaya performans yang berbeda di sini, dan tentunya bahasa yang berbeda. Jadi ini merupakan pengalaman yang seru. –Emma

Jo dan Emma dari Forest Fringe
Jo Hellier dan Emma Frankland di luar tempat latihan mereka di Jakarta. 

Tentang berkolaborasi dengan 69 Performance Club

Setelah tiba di sini, saya sadar bahwa orang-orang di Inggris Raya cukup terhubung dengan struktur dan aturan. Dan bahkan ketika Anda membuat sebuah karya, performans, Anda menetapkan struktur dan aturan yang cukup ketat. Di sini, semuanya lebih bebas dan eksperimental. Semua orang lebih tertarik dengan permainan, eksperimentasi, dan aksi dibanding menetapkan sejak awal apa yang akan terjadi di sebuah ruang. Itu sangat menginspirasi. –Jo

Dalam hal kolaborasi dengan 69 Performance Club, menghabiskan hanya dua pekan bersama dan dibawa keliling ke berbagai tempat merupakan hal yang mengasyikkan. Kami pergi mengunjungi pulau-pulau, kami turut serta dalam pengendaraan motor bebek yang gila, dan kami juga membuat karya bersama di sebuah kamar yang gelap serta gerah. Jadi semuanya serba seru dan sangat menstimulasi.

Hal yang sangat mengejutkan saya dalam kolaborasi ini adalah tidak adanya keraguan diri dari pihak 69 Performance Club, dan itu cukup radikal jika dibandingkan dengan kolaborasi serupa di Inggris Raya. Di sana kami menghabiskan banyak waktu saling meminta maaf sebelum benar-benar mulai proses kolaborasi, sementara orang-orang dari 69 Performance Club tidak punya rasa takut, dan itu keren. –Emma

Tentang berkolaborasi dengan orang-orang dari budaya dan negara berbeda

Sesuatu yang sangat penting bagi saya adalah berada di sini sebagai transgender, dan menjalin hubungan dengan komunitas transgender di sini. Kami belum berkolaborasi secara langsung, tetapi saya pikir kini ada politik yang berbeda-beda seputar LGBT dan isu-isunya. Saya sedang mengumpulkan data di Inggris Raya, Indonesia, dan juga Amerika Selatan; saya mulai bisa menarik benang bahwa komunitas ini cukup terisolasi di masing-masing negara asal.

Penemuan ini berujung kepada hal-hal yang menarik. Jadi saya pikir merupakan hal sangat penting untuk bekerja lintas budaya. Anda memang bisa menjalin hubungan secara online, tapi untuk bisa duduk di dalam ruangan dan benar-benar berbicara kepada orang, dan berbagi makanan, adalah hubungan yang tidak bisa Anda ciptakan secara virtual. –Emma

Pertanyaan terakhir, tiga kata yang menggambarkan pengalaman ini?

Menginspirasi, radikal, dan total. –Emma

Semrawut, gerah, dan menginspirasi. -Jo

Ada apa minggu ini di UK/ID Festival 2017!