By Gaia Khairina, Eliza Vitri Handayani, InterSastra

18 August 2021 - 17:13

Salah satu peserta CERITRANS difoto dari belakang, memakai unitard warna putih, dan di sebelahnya ada salah satu kru film memegang film slate. Keduanya disorot lampu bernuansa neon pink.
Deskripsi gambar: Salah satu peserta CERITRANS difoto dari belakang, memakai unitard warna putih, dan di sebelahnya ada salah satu kru film memegang film slate. Keduanya disorot lampu bernuansa neon pink. ©

Doc. by Hore Besok Libur Productions, Winner Wijaya, and Rayner Wijaya

Overall Project

CERITRANS: Cerita Transpuan Lintas Batas adalah proyek seni kolaboratif yang melibatkan transpuan di wilayah Jabodetabek untuk berbagi cerita melalui prosa, puisi, dan pertunjukan film. Proyek ini bertujuan untuk mengangkat dan merayakan suara transpuan serta meningkatkan kesadaran publik, rasa hormat, dan empati terhadap cerita dan pengalaman hidup mereka. 

Proyek ini diluncurkan ke publik pada tanggal 31 Maret 2021, bertepatan dengan Hari Visibilitas Trans. Dari awal Maret hingga pertengahan Mei, kami mengadakan lokakarya penulisan dan pertunjukan dengan sepuluh kolaborator/pencerita transpuan yang dibimbing oleh para seniman yang turut berkolaborasi. Setelah itu, kami melakukan proses syuting, pasca produksi, pembuatan ilustrasi dan poster serta penerjemahan. Kesepuluh cerita, ilustrasi, dan film tersebut resmi diluncurkan pada tanggal 19 Juni 2021 dalam sebuah acara daring atau online. Semua karya ini dapat ditonton langsung di  www.sanggarswara.org dan saluran Youtube Sanggar Swara’s YouTube.

Wawasan Baru yang Didapat

Melalui proyek CERITRANS, kami belajar banyak tentang pengalaman hidup para transpuan Indonesia dan bahwa cerita hidup mereka tidak hanya berkutat seputar penderitaan pribadi atau diskriminasi sosial, namun juga mengandung nilai-nilai seperti keberanian, ketabahan, kreativitas serta menerima dan mencintai diri sendiri.

Keautentikan mereka serta keinginan mereka untuk didengar bisa dilihat dari tema-tema ekspresi diri yang beragam dan mendalam di CERITRANS: mulai dari melela, kesuksesan pribadi, ibadah hingga perubahan nama resmi dan kehidupan panggung. Berkolaborasi dengan para transpuan ini mengukuhkan apa yang sudah lama kami yakini: bahwa siapa pun yang diberi kesempatan dapat menceritakan kisah mereka sendiri dan menciptakan karya-karya menyentuh yang dapat membantu membuat dunia menjadi tempat yang lebih berempati dan inklusif.

Salah satu hal tersulit bagi mentor penulis prosa kami adalah meminta para penulis untuk menceritakan kenangan yang menyakitkan atau peristiwa traumatis. Di satu sisi, cerita mereka bisa jauh lebih kuat apabila ingatan atau peristiwa itu disempurnakan; di sisi lain, mengingat kembali memori yang menyakitkan bukanlah hal yang mudah dan rasanya seperti meminta terlalu banyak dari para penulis tersebut. Mentor ini pun merasa tersentuh setiap kali para penulis berkata, “Tidak apa-apa, saya ingin menceritakannya.”

Bekerja dengan orang-orang yang sering menjadi sasaran serangan berarti perlu ada kewaspadaan lebih tinggi terhadap keselamatan mereka. Maka dari itu, kami memilih untuk bekerja dengan mereka yang sudah dewasa dan menjelaskan kepada mereka, baik secara lisan dan tertulis, mengenai ruang lingkup dan hasil akhir proyek ini sebelum kami memperoleh tanda tangan sebagai bukti persetujuan mereka untuk bergabung dalam CERITRANS. Kami pun mengembangkan strategi kreatif yang sesuai dengan tingkat kenyamanan kolaborator (misalnya mereka dapat menggunakan nama samaran atau tidak menunjukkan wajah mereka).

Deskripsi gambar: Salah satu peserta CERITRANS difoto dari samping, dengan penerangan berwarna sepia.
Deskripsi gambar: Salah satu peserta CERITRANS difoto dari samping, dengan penerangan berwarna sepia.  ©

Doc. by Hore Besok Libur Productions, Winner Wijaya, dan Rayner Wijaya

Deskripsi gambar: Salah satu peserta CERITRANS difoto di bawah penerangan berwarna sepia dan sinar lilin, sembari menulis sesuatu pada kertas di atas meja.
Deskripsi gambar: Salah satu peserta CERITRANS difoto di bawah penerangan berwarna sepia dan sinar lilin, sembari menulis sesuatu pada kertas di atas meja.  ©

Doc. by Hore Besok Libur Productions, Winner Wijaya, and Rayner Wijaya

Deskripsi gambar: Foto tangkapan layar dari sesi zoom ketika peluncuran program CERITRANS.
Deskripsi gambar: Foto tangkapan layar dari sesi zoom ketika peluncuran program CERITRANS. ©

Doc. by Hore Besok Libur Productions, Winner Wijaya, dan Rayner Wijaya

Mencari kolaborator dan bekerja sama jarak jauh

Dalam proses pembuatan CERITRANS, kami mendapatkan bantuan dari begitu banyak orang yang memiliki rasa solidaritas dan dedikasi yang kuat untuk mendukung para transpuan yang terlibat lewat kontribusi mereka dalam penciptaan karya yang berpusat pada pengalaman hidup trans. Proyek kami dimulai dengan diskusi bersama Sanggar Swara pada musim panas 2020, di mana Swara mengungkapkan keinginan mereka untuk menuliskan cerita hidup dan menampilkannya secara langsung dalam sebuah festival trans yang merayakan karya-karya transpuan dengan cara yang unik dan spektakuler. Sementara itu, untuk mitra Inggris kami, kami sudah akrab dengan karya Okka di bidang seni dan keadilan disabilitas. Kami meyakini kemampuan Okka menjadi mentor puisi yang tepat untuk proyek ini. Kemudian kami menjangkau jaringan kami, orang-orang yang telah bekerja dengan kami di program-program kami terdahulu atau yang akrab dengan kegiatan kami di InterSastra dan House of the Unsilenced sekaligus mencoba menemukan lebih banyak kolaborator, seperti ilustrator kami Cindy Saja serta tim penerjemah, korektor dan pembicara kami. Kami juga memanfaatkan jaringan pribadi masing-masing anggota kami dan menemukan beberapa kolaborator melalui teman atau kontak profesional, seperti sutradara film Ruth Marini, pencipta musik Edacitra, mentor pertolongan pertama psikologis Benny Siauw, rumah produksi film Seven Ten and Hore Besok Libur, para relawan dari Yayasan Samahita serta desainer situs web Rickdy Vanduwin. Kami juga menemukan beberapa kolaborator melalui panggilan terbuka, di mana kami mengiklankan beberapa posisi di media sosial, seperti seniman Myla Corvidae, fotografer Paula Nanlohy dan Dea Ratna, serta beberapa petugas P3K psikologis kami.

Bagian paling menarik

Bagian yang paling menarik dari proyek CERITRANS adalah menyaksikan sepuluh kisah transpuan yang terlibat berkembang dari ide-ide yang mereka bicarakan di awal sesi lokakarya menuju bentuk akhirnya sebagai puisi, kisah pribadi, poster, dan film, dengan kontribusi begitu banyak dari para seniman dan kolaborator lainnya.

Sungguh mengharukan mendengar keterkejutan beberapa kolaborator transpuan kami terkejut ketika menemukan bahwa mereka mampu menulis puisi dan cerita. Ungkapan-ungkapan kecil seperti “Saya ingin memiliki rambut panjang” atau “Langit mengencingi bumi” berkembang menjadi halaman-halaman sarat cerita pribadi dan puisi yang diterbitkan secara online dengan ilustrasi dalam warna merah muda, biru dan putih, sesuai dengan warna bendera gerakan transgender. Kumpulan cerita dan puisi tersebut kemudian diadaptasi menjadi film-film pendek dan dibawakan oleh para transpuan yang menulisnya, lengkap dengan segala pesona proses pembuatan film: kamera, kostum, tata cahaya, musik, rias wajah, dan properti.

Mentor pertunjukan dan sutradara kami, Ruth Marini, berperan besar dalam proses pembuatan film dengan memberikan bimbingan dan arahan yang luar biasa ketika dia berada di dalam ruangan sambil mengamati, berinteraksi, dan mendiskusikan cerita dan pertunjukan dengan masing-masing transpuan dan kru film yang terlibat. Secara keseluruhan, proses pembuatan film CERITRANS adalah pengalaman kreatif paling unik bagi banyak kolaborator kami.

Potensi kemitraan / proyek baru dengan Inggris

Saat ini, kami sedang berupaya agar poster CERITRANS dapat dicetak dan didistribusikan lewat jaringan kami di Inggris, Eropa, dan Australia di kemudian hari saat situasi pandemi sudah membaik. Kami sangat senang bisa bekerja sama dengan Myla Corvidae, seorang seniman, penulis, dan pemilik bisnis penerbitan asal Inggris yang trans dan non-biner, dalam diskusi publik “Transcending Borders” yang kami adakan. Myla sendiri telah menyatakan minatnya untuk berpartisipasi dalam program artistik, penulisan, atau pertukaran budaya di masa depan. Selain itu, kami juga berhasil mendapatkan kesempatan untuk menampilkan CERITRANS di majalah Wasafiri yang berbasis di Inggris, di mana salah satu mantan anggota tim InterSastra kini menjabat sebagai editor besar. Kini kami juga sedang menjajaki kemungkinan untuk melakukan pertukaran karya antara seniman-seniman trans di Inggris dan Indonesia.