©

Desain sampul oleh Heimlo

Di hari ulang tahunnya, Tenri mendapat dua kotak kado. Salah satu kotak berisi sepatu yang terbuat dari anyaman sejenis tumbuhan. Meski bukan sepatu impiannya, gadis kecil itu sangat terkesan dengan bahannya yang sangat berbeda dari sepatu manapun yang pernah ia lihat. Nenek, sang pemberi hadiah, mengatakan bahwa jika Tenri mengenakan sepatu itu, maka ia akan berjalan di atas kisah-kisah.

Tenri dan Kisah Jari-jari diceritakan dari sudut pandang manusia, dewa, hewan dan tumbuhan. Kisah-kisah itu saling bertaut, merangkai satu kisah besar tentang pentingnya merawat keberagaman hayati melalui kreativitas dan usaha bersama. 

Buku "Tenri dan Kisah Jari-jari" ini ditulis oleh Mariati Atkah, dan diilustrasikan oleh MakkoMikki. Desain sampul dan layoutnya oleh Heimlo, serta dicetak oleh PT. Safir Media Komunika.

Klik di sini untuk download buku "Tenri dan Kisah Jari-jari"

Tentang Weaving Stories

Weaving Stories adalah program yang dijajaki oleh British Council atas kerja sama dengan Rumata' Artspace, dalam upaya menelusuri warisan tradisional dan kerajinan untuk membangun kembali sebuah narasi baru dalam bercerita.

Melalui program ini, kami ingin memberi dorongan kepada komunitas pengrajin dan pendongeng muda untuk menciptakan wujud baru dongeng yang kemudian dikemas dalam bentuk gambar, tulisan, maupun pertunjukan.

Program ini terdiri atas residensi penulis dan ilustrator yang berlokasi di dua organisasi pengrajin -- Sarung Tenun Mandar dan Komunitas Limang (pengrajin eceng gondok) Makassar -- yang kemudian dikombinasikan dengan lokakarya mendongeng dengan mentor dari Inggris yaitu Katrice Horsley, serta mentor dari Indonesia yaitu Yudhi Soerjoatmodjo dari Dapoer Dongeng.

Program ini juga merupakan bagian dari serangkaian acara Wallacea Week 2019 dan pilot untuk program Crafting Futures di Indonesia. 

Inspirasi dibalik buku "Tenri dan Kisah Jari-Jari"

Dalam rangka pengumpulan data dan materi dongeng, tim Weaving Stories mengunjungi dua buah komunitas pengrajin di pulau Sulawesi, salah satunya adalah komunitas Limang Makassar, yang menginspirasi penulisan buku "Tenri dan Kisah Jari-jari".

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) pertama kali ditemukan oleh Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang botanis berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 di Sungai Amazon, Brasil.

Dari amerika Selatan, eceng gondok masuk ke Indonesia pada tahun 1984 sebagai tanaman hias di Kebun Raya Bogor. Karena pertumbuhannya yang sangat cepat, tanaman ini dibuang ke sungai sehingga menyebar ke sungai, rawa, dan danau di seluruh Indonesia.

Berkembang biak dengan tunas dan biji, setiap tangkai bunga memiliki 5000 bakal biji. Tumbuh di perairan dangkal dan keruh. Dapat menyerap logam-logam berat dari air yang tercemar.

Berpotensi untuk digunakan sebagai komponen utama pembersih air limbah, produk kerajinan, pupuk, biogas, dan memiliki manfaat kesehatan seperti menyehatkan kulit, anti radang, hingga menurunkan berat badan.

Tautan luar