By Muhamad Taslim Dalma, Jurnalis, Zonasultra.com

02 August 2021 - 18:07

Foto Benny sedang duduk dan memakai masker, sambil menunjukkan halaman buku sketsanya.
Deskripsi gambar: Foto Benny sedang duduk dan memakai masker, sambil menunjukkan halaman buku sketsanya.  ©

Dok. oleh Muhamad Taslim Dalma

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Terlahir dengan kondisi sebagai penyandang autis, Benny (21) terus mengasah kemampuannya dalam seni menggambar. Baginya tiada hari tanpa menggambar objek-objek yang ingin digambarnya, kebanyakan dalam bentuk sketsa hitam putih yang presisi. 

Sekilas Benny seperti anak muda lainnya yang berusia 21 tahun. Ia memiliki badan yang berisi dan tinggi badan sekitar 180 sentimeter. Seperti penyandang autis pada umumnya, bicaranya terbata dan pandangannya tidak fokus ketika diajak berkomunikasi. Benny tergolong autis hyper aktif yakni kondisi di mana susah terkontrol sehingga butuh peran penuh orang tua.

Bagi kedua orang tuanya, Kiswanto dan Ivonne, anak mereka itu menunjukkan perkembangan yang baik mulai dari berkomunikasi, menulis, dan membaca. Terkhusus untuk bakat menggambar, mereka terus memberikan dukungan.

Karena Benny terus menggambar setiap hari, Ivonne yang merupakan ibu rumah tangga terus menyiapkan segala bahan-bahan yang dibutuhkan mulai dari kertas HVS, pensil, pulpen, dan pewarna. 

Agar Benny tidak kehilangan semangat, Ivonne tak membuang karyanya tetapi menjilidnya seperti sebuah album, untuk disimpan dengan baik. Karya-karya yang dihasilkannya tersimpan dengan rapi di kamar. Sudah ada sekitar 1.500 lembar gambar yang dibuat oleh Benny yang tak satupun dibuang.

Gambar yang dihasilkan Benny pun tergolong presisi, terlihat dari sejumlah gambarnya yang berbentuk pesawat tanpa menggunakan mistar. Ia mahir menggunakan pensil dalam bentuk garis lurus maupun membentuk pola tertentu tanpa alat bantu tambahan. 

Selain sketsa hitam putih, Benny juga tertarik menggambar karakter anime. Dalam hasil jilidan ibunya, banyak terdapat gambar anime yang terlihat seperti gambar di komik-komik Jepang.

Ivonne bercerita, anak ketiganya itu mulai hobi menggambar sejak kecil, ketika mulai memegang pensil. Anaknya itu menggambar apa saja yang dilihatnya, dan kadang-kadang juga menggambar apa yang diminta. Benny memiliki kemampuan untuk menyimpan apa yang dilihatnya dalam bentuk imajinasi untuk kemudian digambar dengan presisi. 

Seperti pada perjumpaan pada hari Jumat (11/6/2021), di rumah mereka, Desa Amoito Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Benny dengan sigap menggambar sketsa ayahnya yang tengah duduk di kursi. Hanya dalam beberapa detik ia sudah bisa menggambar sketsanya kendati belum begitu presisi karena untuk menggambar detail yang bagus maka butuh waktu.

“Hari-hari itu kegiatannya menggambar. Misalnya kita bawa jalan-jalan, apa yang dia lihat pas pulangnya dia gambar. Jalau kalau menggambar yang sudah pernah dilihatnya  itu hasilnya bagus, berbeda kalau dia hanya membayangkan itu kurang,” ujar Ivonne.  

Foto gambar sketsa pesawat terbang karya Benny
Deskripsi gambar: Foto gambar sketsa pesawat terbang karya Benny ©

Dok. oleh Muhamad Taslim Dalma

Deskripsi gambar: Sketsa gambar komik karya Benny ©

Dok. oleh Muhamad Taslim Dalma

Menggambar jadi rutinitas Benny yang memang jarang keluar rumah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kalaupun keluar rumah, Benny selalu didampingi orang tuanya.

Ivonne terus mendukung bakat anaknya itu yang mungkin saja dapat bermanfaat untuk masa depannya. Apalagi, menggambar atau membuat sketsa adalah keterampilan khusus yang tetap akan dibutuhkan. Misalnya ada jasa melukis sketsa wajah, atau di kepolisian ada juru lukis sketsa wajah penjahat.

Ivonne melihat ada perkembangan yang signifikan pada anaknya itu yang kini duduk di kelas 1 setingkat SMA di Sekolah Khusus Negeri (SKHN) 1 Kendari. dengan perlakukan yang tepat selama ini, ia optimis autis pada anaknya akan hilang meski memang butuh waktu.

Bagi Ivonne, anak seperti Benny sangat membutuhkan dukungan orang tua. Olehnya selama ini ia fokus mengurus anaknya itu tanpa menggunakan jasa asisten rumah tangga. Sebelumnya ia adalah pekerja swasta yang lalu keluar dari pekerjaan untuk fokus mengasuh Benny.

Ivonne berharap terhadap para orang tua yang mempunyai anak penyandang disabilitas agar terus memberikan perhatian pada anak sendiri. Khususnya bila ada bakat pada si anak maka hal itulah yang mesti didorong untuk dikembangkan.

Senada dengan istrinya, Kiswanto  juga memberikan dukungan untuk keterampilan menggambar anaknya itu. Kebutuhan-kebutuhan untuk perlengkapan menggambar turut dipenuhi Kiswanto.

Kiswanto memperhatikan keunggulan menggambar anaknya itu dalam hal akurasi dari objek asli dan yang digambarnya terlihat lebih presisi. Ia melihat kebanyakan yang digambar anaknya itu sketsa hitam putih. 

“Jadi setiap hari dia berkarya, untuk dirinya sendiri dulu lah sebelum untuk orang lain,” ujar Kiswanto yang merupakan seorang wiraswasta.

Untuk saat ini Kiswanto belum begitu melibatkan anaknya itu untuk mengikuti lomba-lomba menggambar bila lokasinya di luar lingkungan sekolah. Sebab Benny belum siap menghadapi lingkungan baru yang tak biasa.

Bahkan Benny beberapa kali diminta untuk mewakili sekolah dalam mengikuti lomba menggambar tapi tak diizinkan oleh Kiswanto sebab Benny masih belum terkontrol untuk berhadapan dengan hal-hal baru seperti lomba, apalagi bila di luar daerah.

Sebagai orang tua, mereka berdua kini lebih banyak fokus memperhatikan pendidikan Benny di sekolah. Pada musim pandemi ini,  Benny belajar secara online dari rumah. Sementara sebelum pandemi, Benny selalu diantar jemput ke sekolah dengan jarak sekitar 20 kilometer (Amoito-Kendari).

Kiswanto merasa adanya sekolah khusus seperti SKHN memang sangat penting untuk mendukung perkembangan anak berkebutuhan khusus seperti Benny. Berbeda dengan sebelumnya, saat kelas 1 SD Benny masuk di sekolah umum tidak bisa menyesuaikan sehingga begitu naik kelas 2 SD dikembalikan untuk belajar di rumah.

Kiswanto merasa bersyukur SKHN cocok dengan anaknya yang mana kemampuan guru-gurunya untuk memahami bidang tugasnya lebih tinggi. Meskipun memang jarak sekolah dan rumah cukup jauh, tidak menjadi masalah bagi Kiswanto selama anaknya bisa berkembang di sekolah yang tepat. (***)