Konser Evian Christ  @ Dour Festival © @kmeron
Konser Evian Christ di Dour Festival ©

@kmeron

Adam Lowerson adalah penulis lepas yang mengkontribusikan tulisannya di getintothis.co.uk

Di tahun 1976, kancah musik Liverpool mulai menunjukkan warna baru, setelah hampir satu dekade yang gersang untuk aliran pop arus utama di Merseyside (Liverpool dan area di sekitar Sungai Mersey). 

Berpusat di sebuah klub yang baru dibuka, Eric’s, di area Matthew Street yang populer sebagai rumah dari venue musik Cavern Club, area ini kemudian menjadi saksi utama dari lahirnya musik-musik baru Liverpool seperti Big In Japan, Echo and the Bunnymen, dan The Teardrop Explodes yang menyuntikkan warna dan rasa baru ke kota ini.

Band-band baru ini tidak tertarik untuk mengikuti arus Mersyebeat ataupun membayang-bayangi era keemasan The Beatles, mereka berdeterminasi untuk menggoncangkan kancah musik Liverpool dengan mendobrak stereotip dari musik Liverpool.

40 tahun kemudian, stereotip ini tidak juga menghilang: Scousers (sebutan untuk orang-orang Liverpool, mengacu pada aksen khas yang berasal dari kota Liverpool yang meliputi area pinggiran Merseyside) masih juga terjebak di masa lalu dan masih sangat terobsesi dengan The Beatles. Semua musisi-musisi muda dari Liverpool hanya dianggap sebagai tribut murahan dari the La’s (band yang diasosiasikan sebagai representasi suara musik Liverpool, dikenal melalui single There She Goes). Tapi fakta memang membicarakan kebenaran, sebagaimana di tahun 1976, stereotip itu memang tidak jauh dari kenyataan sebenarnya di LIverpool.

Kancah musik Liverpool memang sudah lebih kuat dan beragam sekarang. Dibandingkan pengelompokan per area, istilah yang lebih tepat mungkin adalah kolektif - koleksi dari berbagai band yang berbeda, hal-hal terkini dan gerakan masa sekarang, semuanya berkontribusi terhadap budaya berwarna yang kental dengan sentuhan kreativitas dan kolaborasi. Kancah musik ini juga bisa dibilang sangat kosmopolitan, menyatukan musisi-musisi dari Merseyside dan seniman dari Wirral - sebuah area di sebrang sungai Mersey. Hasilnya, banyak pegiat kreatif dari berbagai penjuru dunia yang tertarik pada budaya unik dari kota Liverpool. Liverpool bagaikan satu pot besar berisikan peleburan budaya dan ide-ide beragam  yang kemudian terwakilkan juga melalui suara dan musik dari Liverpool.

Satu hal yang bisa disamaratakan dari musisi dan seniman dari Liverpool adalah keinginan dan kemampuan mereka untuk bereksperimen dan mendobrak tradisi serta batasan-batasan yang ada. Tidak bisa dipungkiri bahwa The Beatles, hingga sekarang, masih menjadi salah satu band yang paling inovatif dan berpengaruh, tapi, itu bukan berarti mereka satu-satunya musisi pionir dari Liverpool, dan kota ini terus menggebrak dunia dengan tradisi mereka bereksperimen melalui suara-suara baru yang inovatif melalui musisi-musisi mudanya.

Konser Lapsley @ Festival Les Nuits Botaniques Bruxelles © @kmeron
Konser Lapsley di Festival Les Nuits Botaniques Bruxelles ©

@kmeron

Hooton Tennis Club © Paul Hudson
Hooton Tennis Club ©

Paul Hudson

Konser Lapsley @ Festival Les Nuits Botanique Bruxelles © @kmeron
Konser Lapsley di Festival Les Nuits Botanique Bruxelles ©

@kmeron

Stealing Sheep di Leadmill copyright Kevin Wells
Stealing Sheep di Leadmill ©

Kevin Wells

Musisi-musisi Baru dari Liverpool

Stealing Sheep, trio pop-psikidelik di bawah Heavenly Recordings (Label rekaman di belakang Manic Street Preachers), sudah cukup dikenal di berbagai belahan Inggris dan di dunia internasional melalui suara unik percampuran elektronik dan folk. Sementara itu, Mugstar - sekarang sudah dianggap sebagai pemain lama di kancah musik Liverpool - sudah cukup menarik mata banyak pihak, dan sudah bekerja dengan nama besar seperti Mogwai.

Evian Christ, Forest Swords, dan Baltic Fleet juga termasuk musik-musik yang membawa gelombang baru ke dunia musik elektronik, tiap nama tersebut membawa spektrum yang berbebeda dari warna-warna musik yang sudah ada. Album dari Baltic Fleet juga sudah beberapa kali difitur dalam daftar ‘Album Terbaik Tahun Ini’ di majalah-majalah musik kaliber. Sementara itu, Evian Christ diundang untuk berkolaborasi dalam salah satu album terbaik Kanye West di tahun 2013, Yeezus.

Tapi, dengan sederetan nama di genre elektronik, bukan berarti Liverpool meninggalkan musik-musik berbasis gitar. Hooton Tennis Club telah merebut hati banyak orang melalui musik jangly slacker rock mereka dan baru-baru ini diundang untuk rekaman dengan ikon musik Edwyn Collins; dan pendatang baru seperti Trudy and the Romance dan Pink Kink adalah nama-nama baru yang sedang terkenal dan banyak mewarnai pertunjukan-pertunjukan musik di Inggris.

Penyanyi dan penulis lagu Låpsley, yang sekarang bekerja dengan mantan manajemen musik Adele, XL Records, sepertinya akan menjadi sensasi pop baru dari Liverpool mengikuti rilis debut albumnya Long Way Home di awal tahun ini; sementara itu grup vokal bergenre soul-pop MiC Lowry tengah menanjaki tangga kesuksesan dengan kemenangan mereka di MOBO Award tahun 2015. Jadi, bukan hanya musik independen yang tengah berkembang di Liverpool, tapi juga dari area musik komersil. 

Di tengah-tengah kancah yang selalu sibuk dan terus-menerus digempur sesuatu yang baru, sangat mudah bagi band-band baru untuk hilang ditengah kebisingan ini apabila mereka tidak mendapat dukungan dari label rekaman atau manajmen musik - butuh sesuatu yang benar-benar unik untuk mendapatkan perhatian penikmat musik dan juga industri. Salah satu yang dapat membantu musisi-musisi ini untuk menembus level nasional adalah GIT Award, acara yang merayakan Merseyside Artist of the Year, diluncurkan di tahun 2012 oleh blog lokal Getintothis. Acara ini menjadi cerminan dari kancah musik Liverpool, memberikan sorotan bagi musisi-musisi yang berani mendobrak batasan di Liverpool. Pemenang-pemenang sebelumnya seperti All We Are, Bill Ryder-Jones, Baltic Fleet, dan Forest Swords semuanya telah sukses membesarkan nama mereka di kancah musik nasional Inggris.

Walaupun acara seperti GIT dapat sangat membantu membesarkan nama-nama dari kancah musik lokal Liverpool, tentunya hal ini tidak bisa terus dilakukan apabila tidak ada musik-musik baru dari kota Liverpool sendiri. Dan sebagaimana inovator dari ledakan musik punk di venue seperti Eric’s membantu musisi-musisi muda Liverpool di era akhir 1970an - baik Scousers asli ataupun orang-orang yang pindah dan bermukim di Liverpool - musik Liverpool harus terus melawan stereotip dan melihat jauh ke depan.

Mengutip Simon Raymonde, mantan anggota band Cocteau Twins dan pendiri dari label rekaman Bella Union: “Band-band paling menarik di dunia ini berasal dari Liverpool. Itu fakta yang tidak terbantahkan."

Liverpool adalah kota dengan masa lalu yang sangat membanggakan. Tapi, sejarah, tradisi, dan inspirasi itu sendiri - yang diambil dari pionir pionir musik Merseyside di tahun 1960, 1970, dan setelahnya - adalah fondasi utama dari suara musik yang kita dengar sekarang dari Liverpool. Itu adalah suara-suara yang tidak bisa disamaratakan menjadi satu aliran, tapi itulah suara asli dari musik kota Liverpool. 

Ditulis oleh Adam Lowerson