Mobilitas yang terbatas selama COVID-19 tidak diragukan lagi membuat banyak orang dan komunitas memikirkan ulang hubungan antara sistem pangan dan ketahanan masyarakat. Deveron Projects (Inggris) dan Labtanya (Indonesia) menyelenggarakan serangkaian kegiatan inovatif, interaktif dan menggugah pemikiran yang merenungkan masa lalu, menganalisis masa kini sekaligus mengantisipasi masa depan yang berkelanjutan untuk semua makhluk hidup.
Kolaborasi Labtanya dan Deveron Projects terbagi dalam tiga format: Critical Conversation (Perbincangan Kritis), Site-specific Projects (Proyek Berlokasi Spesifik) dan Reflection (Renungan).
Dalam Perbincangan Kritis, Labtanya dan Deveron Projects mengembangkan pemahaman kritis serta dialog seputar pangan dan hubungannya yang kompleks dengan spektrum ruang, krisis, waktu dan ketahanan masyarakat. Pertemuan virtual yang intim ini mencakup tiga sesi, yaitu Our Commons (Yang Kita Miliki Bersama), Conflict (Konflik) dan Antisipasi Masa Depan, dan diselenggarakan di Zoom serta mengundang partisipasi sejumlah individu dan kolektif dalam jaringan kedua kelompok ini agar memperkaya diskusi.
Untuk setiap sesi, Labtanya dan Deveron Projects mengundang pembicara tamu dari Indonesia dan Inggris untuk memantik diskusi kritis, seperti Hayu Dyah (Indonesia), yang aktif terlibat dengan masyarakat adat di Tengger (Jawa Timur) dan Alor (Nusa Tenggara Timur) serta aktif mempopulerkan ragam tanaman liar yang dapat dimakan, dan Lizabett Russo (Inggris), seorang seniman yang rajin mengeksplorasi tanaman liar dan rempah-rempah, yang memberikan pengenalan mendalam tentang makanan dan hal-hal milik bersama.
Sementara itu, Liam Gogali (Indonesia), seorang aktivis komunitas seni dan budaya dari Poso, dan Hussein Mitha (Inggris), seorang penulis isu sosial-politik, memimpin sesi kedua tentang makanan dan konflik. Pada sesi ketiga, peneliti masyarakat Bajau Amar Ma'ruf (Indonesia), antropolog dan pembuat film dokumenter Rhino Ariefiansyah (Indonesia) dan Josh Allen (Inggris) memimpin diskusi terkait pangan dan antisipasi kita terhadap ketidakpastian di masa depan.
Labtanya dan Deveron Projects menerjemahkan dan mendasarkan ragam wacana, abstraksi kritis dan spektrum pemahaman yang dihasilkan selama sesi pertama pada konteks kehidupan sehari-hari sehingga mampu membuka jalan bagi sesi berikutnya, yaitu Site-specific Projects atau Proyek Berlokasi Spesifik. Sebelum memulai sesi tersebut, Labtanya dan Deveron Projects saling berbagi konsep, format kegiatan dan bagaimana masyarakat akan terlibat di lokasi masing-masing sekaligus tetap mematuhi protokol kesehatan dan perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia dan Inggris.
Bersama dengan masyarakat di daerah Pondok Pinang, Jakarta Selatan dan kolaborator Jayu Juli, Pychita Julinanda, Lab Teater Ciputat dan Kampung Muka Percussion, Labtanya menyelenggarakan serangkaian lokakarya tentang ragam tanaman pangan dan tipologi pekarangan di lingkungan sekitar, pengetahuan pembuatan makanan, minuman dan jamu serta pengelolaan pekarangan dapur. Pengumpulan ilmu yang dihasilkan selama proses tersebut kemudian dirayakan dalam rangkaian kegiatan Pekan Harta Kampung Kota Kita (HKKK) 2022 yang mengaktifkan delapan ruang potensial di RT tersebut melalui pameran, instalasi seni, pentas seni, lokakarya, lomba masak dan temu wicara.
Di saat bersamaan, Deveron Projects juga berkumpul dengan komunitas lokal di Huntly untuk serangkaian acara komunitas, antara lain Reading Group (Kelompok Membaca), Farmer’s Market (Pasar Tradisional) dan Food Chain (Rantai Makanan).
Kegiatan Kelompok Membaca dipimpin oleh Hussein Mitha dan membahas tentang bagaimana kolonialisme dan imperialisme mengubah cara kita memahami ruang hijau dan praktik berkebun. Untuk kegiatan Pasar Tradisional, Deveron Projects menghadirkan perpustakaan baru berisikan buku-buku bertema ekologi dan seni terbaru, sambil bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk menentukan cara terbaik agar sumber ilmu ini dapat diakses oleh semua orang. Sementara itu, kegiatan Rantai Makanan menjadi program hibrida dan antarbangsa pertama bagi Deveron Projects lewat partisipasi dua peserta dari Indonesia yang berbagi resep dan memasak bersama. Kegiatan ini juga memungkinkan audiens Proyek Deveron untuk menemukan persamaan sekaligus tantangan dalam produksi pangan lokal dan berkelanjutan di Inggris dan Indonesia.
Dalam sesi Renungan, yang diselenggarakan secara daring dan terbuka untuk umum, Labtanya dan Deveron Project saling berbagi catatan kritis yang dihimpun selama berlangsungnya proyek ini dengan tema utama “Seberapa Rapuhnya Kita?”. Tema ini dipilih untuk merenungkan betapa rapuhnya kita dalam level individu maupun kolektif di tengah struktur politik dan ekonomi global yang kita hidupi dewasa ini.
Kepekaan dan kemampuan untuk mengenali dan mengakui kerentanan ini diperlukan untuk mendorong kepekaan dan keahlian berikutnya: Mengenali kualitas terbaik di lingkungan sekitar kita, mengaktifkan dan memanfaatkannya agar membawa kita melampaui kondisi saat ini, sebelum akhirnya mencapai masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan.
Deveron Projects dan Labtanya sangat terinspirasi oleh kolaborasi ini, di samping berbagai pencapaian dan pembelajaran utama yang lahir daripadanya. Kedua organisasi ini berharap dapat menemukan cara untuk terus bekerja sama dalam jangka panjang. Mengelola inisiatif dengan berbagai cara (abstrak hingga praktis), ruang (daring hingga luring) dan skala (global hingga lokal) sungguh terasa menyegarkan, terlebih di tengah keterbatasan yang muncul akibat pandemi COVID-19.
Pertukaran semacam ini juga sangat penting demi adanya perkembangan berkelanjutan dalam kegiatan produksi kreatif dan budaya di Inggris dan Indonesia sekaligus telah menciptakan warisan berbagi antara organisasi masyarakat yang kreatif sekaligus kritis dalam konteks lintas budaya.