Pertengahan abad ke-19, Alfred Russel Wallace, seorang naturalis Inggris, melakukan eksplorasi ilmiah dimana ia menemukan laboratorium hidup terbesar di dunia yang terletak di bagian timur Indonesia, yang sekarang dikenal sebagai Kawasan Wallacea. Selama perjalanan ilmiahnya di nusantara, dari 1854 hingga 1862, ia mendokumentasikan penemuannya dalam sebuah buku berjudul "The Malay Archipelago" - sebuah kisah klasik tidak hanya tentang daerah yang paling beragam secara ekologi di planet ini, tetapi juga keanekaragaman budaya, bahasa dan identitas seseorang di nusantara.

Dalam semangat “The Malay Archipelago” dan Alfred Russel Wallace sebagai bagian dari warisan Inggris – Indonesia, British Council menyelenggarakan pameran seni dan sains untuk membawa anda melewati kekayaan keanekaragaman hayati dan budaya di Kawasan Wallacea. Pameran ini akan dibagi menjadi tiga babak, seperti halnya membaca buku, anda akan belajar dan mengalami berbagai emosi dan cerita di masing-masing babak.

Babak I akan membawa anda menjelajahi kisah kehidupan Wallace, petualanganya bersama dengan asistennya bernama Ali untuk mendokumentasikan flora, fauna, dan budaya di kepulauan serta gagasannya tentang evolusi dan penciptaan garis Wallace. Babak ini juga akan memungkinkan anda untuk belajar tentang keunikan Kawasan Wallacea. 

Dalam Babak II, anda akan belajar tentang Kawasann Wallacea diwaktu sekarang, terutama tentang tantangan yang dihadapinya. Karena kapasitasnya sebagai wilayah yang paling beragam secara ekologis di dunia, Kawasan Wallacea rentan terhadap ancaman seperti deforestasi, kepunahan flora dan fauna, perburuan hewan ilegal dan banyak lagi. Namun, Babak ini juga akan membawa anda untuk mempelajari lebih lanjut tentang organisasi dan komunitas yang bekerja tanpa lelah untuk melestarikan warisan yang kaya di Kawasan Wallacea dan karya-karya Wallace.

Di bab terakhir, anda akan menulis harapan dan juga visi anda mengenai bagaimana mempertahankan Kawasan Wallacea dan melampirkan catatan anda ke salah satu instalasi interaktif kami. Kami menyebut mereka pahlawan, orang-orang yang menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus melestarikan dan menjelajahi kawasan khusus Wallacea. Mari terinspirasi dan pelajari lebih lanjut tentang mereka di Babak III.

Karya-karya yang akan dipamerkan termasuk ‘Nadabumi’ Creative Technology Exhibition oleh Invisible Flock (UK) x Digital Nativ (UD), Pameran Storytelling, dan Woven Heritage: Stories from Wallacea oleh Komunitas “Meet the Makers”.

'Nadabumi' Creative Technology Exhibition

Nada Bumi (Earth Tones) by Invisible Flock (UK) and Digital Nativ (Indonesia) is an interactive sensory environment created from the ecosystems and landscapes of Indonesia collected during a 3000+ mile expedition.

Nada Bumi is an interactive sensory environment, with an invitation to touch and explore the installation in order to affect it.

The installation combines an immense collection of sound, air, biodata and samples from some of the most diverse and extreme landscapes in Indonesia, attempting to capture the data footprint of ecosystems at the forefront of climate change.

Uncovering natural hidden phenomenons; the electrical energy that plants generate, the slow bleaching of corals, the seismic patterns left in lava flow, the work attempts to capture, reimagine and highlight the fragility of these eroding landscapes and challenge our relationship to them.

About Invisible Flock - https://invisibleflock.com
About Digital Nativ - https://www.instagram.com/digitalnativ/

Pameran Storytelling

23 - 28 NOVEMBER 2019
NIPAH MALL
INDIGENOUS LANGUAGE POETRY EXCHANGE EXHIBITION

PROJECT #1
I AM BOTH STRANGER AND OF THIS PLACE

Indigenous Language Poetry Exchange: UK-Indonesia
A collaboration between the British Council, the BBC, and literature festivals in Makassar and Hull to mark 2019, the UNESCO International Year of Indigenous Languages.

This project forms part of the legacy programme of the Indonesia Market Focus at The London Book Fair 2019 delivered by Indonesia’s National Organising Committee under the Creative Economy Agency and the Ministry of Education and Culture. The project is build on the legacy of ‘Unwritten Poems’ and ‘Talking Doorsteps’, both British Council and BBC collaborations which emerged from the 2017 Hull City of Culture. 

Indonesian Poets
Irma Agryanti – Lombok
Jamil Massa – Gorontalo
Mario F. Lawi – Kupang

UK Poets
William (Billy) Letford – Scotland
Roseanne Watt – Shaetlan Islands
Rufus Mufasa - Wales

24 NOVEMBER 2019 
RUMATA ARTSPACE
PUBLIC PRESENTATION: WEAVING STORIES - A WORK IN PROGRESS

PROJECT #2
WEAVING STORIES

This project consists of a residency to visit crafts organisation combined with a storytelling workshop led by both UK and Indonesian practitioner. The aim is to trace back traditional heritage and rebuild a new narration of storytelling. 

Through ‘Weaving Stories’ we would like to empower communities and emerging storytellers to find new forms of storytelling which may be visual, written, or performative. 

Format
Residency
Storytelling Workshop
Public Presentation of Ideas 

Woven Heritage: Stories from Wallacea by 'Meet the Makers' Community

  • Live tenun-making by several artisans from Sulawesi, Maluku, and NTT
  • Craft workshop where everyone can paint on it, and it becomes a "story tapestry"
  • Weavers discussion "Tunas Timur" (New Shoots from the East)