Indonesia dikenal dunia akan keberagaman produk kriya yang khas dari tiap daerah. Guna mendukung perkembangan kriya, dukungan dari segi pelatihan pengelolaan, maupun pemasaran diperlukan agar produk yang dihasilkan mencapai kualitas yang baik, mengjangkau pasar yang luas dan berkelanjutan.
British Council melalui program Digital Craft Toolkit: Training of Trainers memiliki visi untuk membantu komunitas perajin di Indonesia dalam meningkatkan kapasitas pendapatan. Dalam kemitraan dengan Kelayang Indonesia – sebuah inisiatif dan wirausaha sosial yang memiliki fokus pada perkembangan kriya Indonesia, Kelayang meneruskan materi yang dibuat oleh British Council ke tiga komunitas dari daerah berbeda, menyesuaikannya dari bentuk modul digital ke bentuk yang lebih mudah dipahami oleh tiap komunitas.
Tiga komunitas dipilih oleh Kelayang untuk menjadi peserta program yang berasal dari Bandung (Jawa Barat), Singkawang (Kalimantan Barat), dan Belitung (Bangka Belitung). Ketiga komunitas ini kemudian dibagi menjadi dua kategori, yaitu: peserta advanced – sudah familiar dengan teknologi (Bandung) dan peserta konservatif – yang membutuhkan bantuan terkait teknologi (Singkawang dan Belitung). Pengkategorian peserta ini memungkinkan Kelayang untuk menjalankan program dengan pendekatan berbeda.
Bandung
23 orang peserta dari Bandung terdiri atas pemilik usaha kecil dan mahasiswa kriya/fashion. Kelayang menggandeng Universitas Telkom untuk mengadakan lokakarya online berisikan materi dari Digital Craft Toolkit yang sudah disesuaikan dengan studi kasus dan konteks yang relevan dengan referensi para peserta. Adanya penyesuaian materi terbukti efektif. Para peserta yang awalnya terbiasa menetapkan harga produk secara bulanan, mendapat penyuluhan mengenai perencanaan tahunan.
Singkawang dan Belitung
Berbeda dengan peserta di Bandung, para peserta dari komunitas di Singkawang dan Belitung sudah beberapa kali mengikuti program penyuluhan yang dibuat oleh Kelayang. Oleh karenanya materi yang disuguhkan sudah disesuaikan terlebih dahulu dengan konteks dan kebutuhan mereka. Para fasilitator lokal menyampaikan materi dalam dua format yaitu digital dan modul cetak. Walau terdapat hambatan dari segi teknologi, hal ini tidak membungkam antusiasme para peserta dari kedua daerah dalam menerima materi. Tidak timbul persaingan atau rasa gengsi di antara peserta (perwakilan dari masing-masing usaha) sehingga sesi berbagi berjalan efektif dan terbuka, termasuk pada sesi Costing and Pricing sekali pun. Hal ini dipengaruhi oleh keberagaman jenis produk yang dibuat oleh para peserta sehingga meminimalisir kemungkinan mencontekmeskipun ada beberapa peserta yang membuat jenis produk yang sama. Akan tetapi karena mereka berasal dari komunitas yang sama, hal ini tidak menghalangi mereka dalam berbagi cerita.
Selain menyampaikan materi, Kelayang juga memberikan penyuluhan kepada kedua komunitas dalam persiapan untuk mengikuti sebuah pameran kriya. Berkat diskusi informal antara panitia dan peserta sebelum lokakarya dimulai , Kelayang berhasil menyediakan modul yang tepat guna untuk persiapan pameran kriya. Mulai dari penentuan harga produk, mempersiapkan kemasan produk, hingga pembekalan mengenai unique selling point (USP) dari produk mereka.
Tantangan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi Covid-19 menjadi tantangan terbesar bagi Kelayang. Walau pun pandemi sudah berjalan selama dua tahun dan sudah ada banyak jenis aktivitas yang berubah format menjadi digital, hal ini tetaplah menjadi sesuatu yang baru bagi Kelayang. Organisasi yang biasa melakukan penyuluhan secara tatap muka ini, dengan adanya larangan untuk bepergian antar kota, terpaksa harus menyesuaikan sebagian besar materi menjadi format digital. Berkaca dari latar belakang para peserta di Singkawang dan Belitung, akan sulit bagi mereka untuk menerima materi yang bersifat abstrak dan memerlukan proses berpikir panjang guna menemukan solusi. Oleh karena itu, Kelayang menghadirkan materi dalam bentuk presentasi yang dibuat seinteraktif mungkin agar menarik perhatian para peserta.
--
Dari program ini dapat disimpulkan bahwa ketiga komunitas dapat merasakan manfaat dari materi yang disuguhkan oleh Kelayang dan British Council. Jika saja ada seseorang atau lembaga yang bersedia mengintegrasikan materi yang bersifat formal ke bentuk lain yang lebih mudah dipahami , hal ini tentu akan mempermudah proses perataan pembagian ilmu manajemen kriya ke tiap komunitas di Indonesia. Keberagaman produk kriya yang khas serta tingginya tingkat antusiasme yang dimiliki para peserta menjadi pengingat kita bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif.