“Ada keinginan yang nyata untuk mendorong perubahan,” ujar Ruth Gould, Direktur Artistik untuk organisasi kesenian disabilitas DaDaFest asal Liverpool. Ruth berbicara soal serangkaian kegiatan yang baru saja ia ikuti di Jakarta bersama para seniman, aktivis, perantara seni, organisasi seni, dan organisasi disabilitas dari seluruh Indonesia; topiknya: kesetaraan terhadap penyandang disabilitas serta rencana program kesenian di sekitar Asian Para Games 2018 yang bakal terselenggara di Jakarta pada Oktober mendatang.
Ruth menjelaskan lebih lanjut tentang kegiatannya di Jakarta tersebut: “Merupakan hal sangat menarik untuk bisa seruangan dengan orang-orang yang memiliki pengalaman sangat berbeda satu sama lain, tetapi kami semua sepakat dengan fakta bahwa kami ingin melihat perubahan, kami ingin mengikutsertakan lebih banyak orang yang berpendapat sama.”
Ruth, bersama Anthony Evans dari Epic Arts, diundang ke Jakarta oleh British Council untuk menghasilkan dan memupuk ide-ide yang bisa diaplikasi ke rencana kesenian dalam rangka Asian Para Games 2018.
Ia mengemukakan bahwa salah satu masalah yang menghambat penyandang disabilitas untuk disertakan dalam sektor kesenian adalah minimnya tolak ukur kesenian disabilitas di Indonesia. “Ada banyak orang di dalam ruangan itu yang menggunakan kesenian lebih sebagai terapi atau aktivitas dengan penyandang disabilitas dibanding melihatnya sebagai sesuatu yang bisa dilakukan di sektor kesenian; dijadikan sebagai bagian dari sektor kesenian untuk ada di lokasi-lokasi publik,” kata Ruth.
Ia melanjutkan, “Salah satu hal yang saya ingin lakukan adalah menantang pemikiran, untuk berpikir lebih besar, lebih berani. Sementara untuk orang-orang non-disabilitas, saya ingin mengajak mereka berpikir soal bagaimana mereka bisa menciptakan kesempatan. Kita tidak hanya membuat kesenian dan disabilitas untuk seniman, tetapi juga bagaimana kita bisa mengubah persepsi masyarakat melalui sorotan terhadap karya-karya seni itu sendiri.”
Inggris Raya membutuhkan 30-40 tahun untuk benar-benar terbiasa dengan hal tersebut. Mereka memanfaatkan momentum London Paralympics 2012 sebagai katalisator, dan Asian Para Games yang akan datang juga bisa digunakan dengan pendekatan serupa. Namun Ruth mengingatkan, “Anda tetap membutuhkan produk yang bagus, pemikiran brilian untuk program-program yang ingin Anda sertakan, juga menghubungan sektor kesenian dengan media untuk menyadarkan publik tentang isu-isu disabilitas.”
DaDaFest sendiri mempromosikan kesenian disabilitas dan tuna rungu berkualitas tinggi dari perspektif budaya yang unik. Mereka juga menyediakan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengakses kesenian lewat pelatihan dan program yang diperuntukkan bagi anak-anak muda. Visi mereka adalah menginspirasi, mengembangkan, merayakan talenta juga mutu tinggi kesenian difabel dan tuna rungu.
Ruth dianggap sebagai pionir di bidangnya dan terus bersemangat dalam memberdayakan seniman difabel. Pada awal tahun 2014, ia menerima Winston Churchill Memorial Trust Travel Fellow yang membuatnya bisa mendatangi India, Malawi, dan sebagainya untuk mengeksplorasi bagaimana kesenian di negara selain UK bisa memberdayakan juga memposisikan ulang penyandang disabilitas serta tuna rungu dalam masyarakat.
Mengenai kunjungannya ke Jakarta, Ruth berkata: “Ini adalah kota yang sangat sibuk, tetapi saya menyukai fakta bahwa ada banyak pepohonan di sekitar. Saya pikir saya telah jatuh cinta kepada tempat ini.”