By Jeannie Park, Septi Hariana, Istifadah Nur Rahma, PSBK

29 September 2021 - 09:35

PSBK berkolaborasi dengan kelompok asal Inggris, The Paper Birds, untuk sebuah proyek warga global “The School of Hope” (TsoH) di Yogyakarta, Indonesia. Proyek ini menggunakan model kreatif yang unik dan menarik besutan The Paper Birds sekaligus memungkinkan orang-orang muda mengulik tema empati, baik dari perspektif emosi maupun akademis, dengan menawarkan cara-cara untuk mencari tahu apa yang membuat kita peduli dengan orang lain, terutama mereka yang berbeda.

Model TSoH menawarkan pengalaman imersif bagi para kreatif muda untuk mengulik tema empati, diri sendiri, orang lain, gambaran yang lebih besar, serta bayangan akan masa depan. Melalui lima jenis pelajaran, model lokakarya ini berhasil menggabungkan proses kognitif, intuitif, dan kreatif melalui serangkaian latihan sederhana nan provokatif yang menarik, mendorong kolaborasi serta mendukung ekspresi lewat pembuatan seni.

Kami berkesempatan untuk mewawancarai Jeannie Park, Istifadah Nur Rahma, dan Septi Hariana dari PSBK untuk mendengarkan pemikiran, wawasan serta pembelajaran baru dari mereka selama proses perencanaan, persiapan, serta penyampaian proyek ini.

Working with the Paper Birds

Jeannie Park: Bagi The Paper Birds, ini adalah pertama kalinya mereka bekerja sama dengan sebuah organisasi di Indonesia.

Sangat menyenangkan mendengar masukan dari mereka, khususnya bahwa mereka kagum dengan bagaimana kami terlibat dalam proyek ini dan benar-benar mengintegrasikan misi dan tujuan kami ke dalamnya dengan melibatkan berbagai komunitas, seperti komunitas LGBT, komunitas tunarungu, dan santri di satu tempat. Ini belum pernah dilakukan oleh rekanan lain. Mereka sampai bilang, “bisa-bisanya kalian langsung maju saja dan... berhasil melakukannya!”

Mereka cukup terkesan dengan beberapa hal, seperti bagaimana kami menetapkan standar bukan hanya dalam hal menjangkau komunitas dan meningkatkan inklusi namun juga kualitas karya seni itu sendiri, yang terbukti sangat baik dan kreatif. Mereka suka membagikan ini ke setiap rekanan global mereka.

Mereka menyukai cara kami berfokus kepada para seniman karena kami juga ingin memperluas peluang bagi para seniman yang bahkan kami tidak kenal sama sekali.

Mendorong seniman lokal untuk mengambil peran sebagai fasilitator 

Istifadah Nur Rahma: Dengan kesempatan CTC ini kami jadi punya kesempatan juga untuk membuka secara lebih luas bahwa ada peran-peran seperti facilitating artists yang bisa digapai atau diraih atau dicapai oleh teman-teman seniman, khususnya di seni pertunjukan. 

Sampai saat ini belum banyak yang tertarik bahwa mengisi posisi-posisi sebagai fasilitator bagi seniman itu juga sama dengan praktiknya ketika seniman di atas panggung atau di dalam galeri.

Kemarin merupakan kesempatan yang sangat bagus untuk bisa memperluas perspektif itu kepada seniman-seniman yang turut berkolaborasi untuk memfasilitasi workshop CTC ini dengan The Paper Birds yang sudah sering melakukan praktik-praktik fasilitasi untuk komunitas-komunitas muda lainnya. 

Jeannie Park: Ya, itu sebuah pencapaian besar. Ini adalah bagian dari tujuan kami di awal proyek agar proyek ini tidak hanya ditujukan bagi peserta muda namun juga bertujuan untuk mempengaruhi berbagai macam seniman. Terkait hal ini, sangat penting bahwa para fasilitator menyadari bahwa ini bukan hanya sekadar pekerjaan, tetapi sejauh mana Anda hadir di satu ruangan bersama komunitas-komunitas lain serta menciptakan pengaruh dan dampak sedemikian rupa…

Mereka telah belajar banyak dari para peserta, dan itulah inti kegiatan ini. Sejatinya kegiatan ini adalah sebuah pertukaran, semua orang berada di level yang sama dan belajar dari satu sama lain.

Tetapi saya merasa bahwa merupakan perjalanan panjang juga untuk mencoba meyakinkan seniman-seniman lain agar mau unjuk gigi. Anda harus memiliki semangat untuk memfasilitasi. Ternyata di Inggris, seperti yang Paper Birds kerap katakan, semua orang gemar memfasilitasi. Saya pikir ini sudah mendarah daging dan tidak berbeda jauh dengan situasi di Australia. Ini benar-benar sesuatu yang mendarah daging di sektor seni, di mana semua orang tidak hanya merasa memiliki tanggung jawab artistik untuk menampilkan yang terbaik di atas panggung namun juga terhadap sektor pendidikan seni, baik dalam hal penjangkauan atau pembelajaran kreatif dan integrasi seni dalam ilmu pelajaran atau kurikulum terpadu seni atau profesi di sekolah…

 

Seorang peserta lokakarya sedang tertawa dan di tubuhnya tertempel notes yang masing-masing berisi satu kata sebutan.
Deskripsi gambar: Seorang peserta lokakarya sedang tertawa dan di tubuhnya tertempel notes yang masing-masing berisi satu kata sebutan. ©

Doc. by PSBK Media, Sito Adhi Anom

Rapat teknis antara mentor lokal dan panitia lokakarya TSOH Indonesia. Setiap orang duduk di kursi menghadap tengah ruangan. Ada presentasi diproyeksikan pada dua layar dengan proyektor.
Deskripsi gambar: Rapat teknis antara mentor lokal dan panitia lokakarya TSOH Indonesia. Setiap orang duduk di kursi menghadap tengah ruangan. Ada presentasi yang diproyeksikan pada dua layar dengan proyektor. ©

Doc. by PSBK Media team

Kegiatan yang berlangsung pada lokakarya TSOH hari ke 6. Ada dua orang peserta berdiri di depan kelas, memberikan presentasi dengan gestur tubuh. Peserta lainnya menonton sambil duduk di lantai, dan mengangkat kedua tangan mereka ke atas.
Deskripsi Gambar: Kegiatan yang berlangsung pada lokakarya TSOH hari ke 6. Ada dua orang peserta berdiri di depan kelas, memberikan presentasi dengan gestur tubuh. Peserta lainnya menonton sambil duduk di lantai, dan mengangkat kedua tangan mereka ke atas.  ©

Doc by Media PSBK, Sito Adhi Anom

Peserta dari lokakarya sedang olahraga bersama. Dua orang yang berdiri paling dekat dengan kamera, berdiri berhadapan dengan satu sama lain, mengangkat dan menekuk satu kakinya ke dada sambil satu tangan memegang lutut, dengan tangan satunya diangkat ke atas.
Deskripsi gambar: Peserta dari lokakarya sedang olahraga bersama. Dua orang yang berdiri paling dekat dengan kamera, berdiri berhadapan dengan satu sama lain, mengangkat dan menekuk satu kakinya ke dada sambil satu tangan memegang lutut, dengan tangan satunya diangkat ke atas.  ©

Doc. by PSBK Media team, Sito Adhi Anom

Dua orang peserta workshop sedang mendiskusikan karya mereka di ruang terbuka di depan patung berukuran raksasa.
Deskripsi gambar: Dua orang peserta workshop sedang mendiskusikan karya mereka di ruang terbuka di depan patung berukuran raksasa.  ©

Doc. by PSBK Media, Sito Adhi Anom

Bertemu rekanan untuk pertama kalinya, melanjutkan kemitraan secara virtual, dan mendaftar ke CTC 

Jeannie Park: Kami pertama kali bertemu dengan Charlotte, produser Paper Birds, di Caravan Showcase tahun lalu. Seharusnya kami pergi ke acara lain di Brighton, tapi karena COVID, akhirnya diputuskan bahwa semuanya dilakukan secara online. Saya rasa kita mungkin tidak akan bertemu kalau tidak melakukan ini secara online, karena tidak semua anggota kami dapat bepergian dan mungkin dulu kami lebih berfokus pada penampil yang ada saja. Namun tiba-tiba kami dapat terhubung dengan seniman-seniman lain melalui Caravan.

Kami berbagi cerita, minat, dan tujuan masing-masing. Meskipun belum pernah bertemu satu sama lain, kami merespon ide yang sedang mereka jajaki, dan kami rasa ide tersebut bagus sekali. Dengan yakin bahwa misi kami dapat saling tercapai melalui proyek yang diajukan tersebut, kami mendaftar CTC dan berhasil lolos.

We are actually considering to share our story with Caravan, if they are interested, as a positive case story that transpired through the Caravan platform.

Kami sebenarnya sangat mempertimbangkan untuk terjun langsung dan berbagi cerita dengan Caravan apabila mereka tertarik, sebagai kisah berbuah baik yang dipertemukan oleh platform Caravan.

Tantangan terbesar bagi kami di kedua sisi 

Jeannie Park: Bagi Paper Birds, yang menjadi hambatan adalah masa lockdown sehingga mereka tidak bisa mendapatkan respons untuk pendanaan mereka yang lain. Sementara itu, kami sudah siap-siap untuk pergi, namun kami tidak bisa melakukan apapun sampai Paper Birds menyiapkan toolkit tersebut.

Inisiatifnya sendiri sudah dimulai pada bulan Mei, namun konfirmasi pendanaan baru muncul di bulan Juni. Jadi menyenangkan juga memiliki waktu tambahan di antaranya. Kami menggunakan jendela waktu ini untuk berbincang dengan berbagai komunitas, juga dengan Bawayang dan yang lain, tentang bagaimana kami ingin menjalankan proyek ini serta alat komunikasi seperti apa yang ingin kami buat.

Pemahaman dan Praktik yang Lebih Mendalam dengan Pendekatan Inklusif

Septi Hariana: Kalau dari aktivitas komunikasiku selama ini dan dari sisi penyelenggaraan, aku kira melalui program ini kita jadi lebih bisa mengintegrasikan apa yang dimaksud dengan inclusivity, kesetaraan, dan sebagainya, tidak hanya dalam praktik administrasi saja, tetapi juga komunikasi dan praktik penyelenggaraan kegiatan yang substansi kegiatannya pun mengawal itu. 

Cukup signifikan dengan pengalamanku kenalan dengan hal ini. Dan dari sisi penyelenggaraan juga, bahkan modulnya, facilitator packs, semya itu memastikan bahwa semuanya nyaman untuk memberikan suaranya. Dan itu yang akan kita lanjutkan, dengan membagikan ini dalam jangka yang panjang karena ini juga sebuah capaian, bagian dari long-term investment. Jadi dari sisi komunikasi kita akan coba terus menggulirkan apa yang kita dapat dari proyek “The School of Hope” melalui platform yang sudah terbangun, terutama platform digital, dengan adanya website The School of Hope serta bagaimana kita terkoneksi dengan global project-nya yang juga memiliki big output-nya sendiri.