By Pustaka Pias

07 May 2022 - 17:27

Deskripsi Gambar: Gambar ilustrasi bernuansa monokrom dengan aksen warna kuning, gambar tampak atas dari lima orang duduk memutari meja penuh makanan, sandwich, dan makanan penutup.
Deskripsi Gambar: Gambar ilustrasi bernuansa monokrom dengan aksen warna kuning, gambar tampak atas dari lima orang duduk memutari meja penuh makanan, sandwich, dan makanan penutup.  ©

Ilustrasi oleh tim Pustaka Pias dan Small Fry Collective

Diskriminasi dan rasisme tentunya bukanlah topik-topik yang ringan untuk dibahas. Namun ada cara untuk melakukannya dalam bentuk seni, seperti lewat narasi dan ilustrasi, yang terbukti menyenangkan, kreatif dan menggugah. British Council berbincang dengan Pustaka Pias tentang asal mula kolaborasi mereka dengan Small Fry Collective, bagaimana jalan kolaborasi tersebut serta rencana masa depan mereka. 

British Council (BC): Bagaimana ide kolaborasi ini bisa muncul?

Pustaka Pias (PP): Kami mengikuti Maisy Summer, seorang ilustrator dan animator yang tinggal di Manchester dan sudah memenangkan berbagai penghargaan, di media sosial dan menemukan bahwa dia adalah pemrakarsa Small Fry Collective, sebuah kolektif yang rutin menyelenggarakan berbagai acara, proyek, lokakarya online dan offline sekaligus diskusi bagi para insan kreatif dari seluruh dunia.

Setelah itu, kami bertemu dengan Isobel Platt, seorang desainer, ilustrator dan pengrajin yang ternyata juga turut menjalankan kolektif tersebut. Kemudian kami saling bertukar email untuk membahas proposal sebelum melakukan pertemuan online demi menemukan para seniman dan ilustrator berbakat dari Indonesia dan Inggris. Kami merasa beruntung bisa bekerja sama dengan mitra proyek yang sungguh berbakat, ramah dan suportif seperti Maisy dan Isobel!

BC: Topik apa yang akhirnya dipilih?

PP: Kami berpikir bahwa membuka dialog tentang dekolonisasi dengan menggabungkan narasi dan ilustrasi adalah ide yang menarik. Setelah itu, kami membuat proposal proyek yang menguraikan tujuan dan struktur, komite, linimasa serta audiens proyek kami.

Kami ingin berkolaborasi untuk menciptakan sebuah karya seni yang memiliki dampak besar dengan merayakan komunitas minoritas dan kelompok yang kurang terwakili baik di Indonesia maupun Inggris melalui diskusi kelompok terfokus, pengerjaan karya seni, pengumpulan data mentah serta penulisan buku.

Selama proses kolaborasi, sejarah, budaya dan pendidikan adalah tiga hal utama yang muncul dalam percakapan kami. Kami saling mendengarkan dan merenungkan perjuangan kami sebagai individu dan komunitas dalam budaya kami masing-masing.

BC: Bagaimana pengalaman berkolaborasi dengan Small Fry Collective?

PP: Membahas isu-isu terkait diskriminasi dan rasisme bukanlah hal yang nyaman, tetapi membuka percakapan, memberikan pengetahuan serta saling hadir dan mendengarkan satu sama lain adalah langkah awal yang baik untuk membongkar rasisme sistematis.

Berbicara tentang akar diskriminasi itu sendiri memang menyakitkan dan memaksa kami untuk menelisik sejarah secara mendalam. Berbicara tentang identitas atau kehilangan yang dialami sungguh sulit dan seringkali menimbulkan trauma. Kami sudah mengantisipasi ketidaknyamanan ini; di saat yang sama, pengalaman tersebut juga memberikan kepuasan tersendiri karena menjadi ajang belajar yang berharga bagi kami.

Kami juga percaya bahwa berdialog melalui narasi dan ilustrasi mampu membahas isu yang kompleks ini dengan cara yang lebih mengena. Metode yang kami pilih bukan bermaksud untuk menyederhanakan kompleksitas isu diskriminasi melainkan hanya cara untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam.

BC: Membahas isu yang berat sudah cukup menantang, apalagi melakukannya dalam sebuah kolaborasi jarak jauh. Adakah cara-cara berkolaborasi baru atau inovatif yang kedua  kolektif temukan dalam kolaborasi perdana ini?

PP: Berkolaborasi dengan Small Fry Collective serta semua seniman dan ilustrator yang terlibat melalui pertemuan virtual serta email di berbagai zona waktu adalah pengalaman yang sungguh membuka mata kami dan membuat kami belajar hal-hal baru terkait cara kerja Small Fry Collective serta ranah kreatif dan isu sosial di Inggris.

Bagi kami, proses dan dinamika kelompok sangatlah penting, begitu juga halnya dengan menunjukkan rasa hormat dan kesopanan yang sama kepada semua anggota tim dan peserta seperti layaknya jika kami bertatap muka.

Kami juga memastikan bahwa setiap anggota dan peserta yang terlibat dalam proyek ini mematuhi kode etik, ketentuan penggunaan serta sistem manajemen informasi yang ditetapkan oleh Pustaka Pias dan Small Fry Collective.

Deskripsi Gambar: Foto profil hitam putih dari para ilustrator [arah jarum jam dari atas kiri:] Bonnibel Rambatan (ID), Johno Surodji Sembor (ID), Amanda Natakusuma (ID), Danielle Rhoda (UK), Wendy Wong (UK), Maharani Mancanagara (ID)
Deskripsi Gambar: Foto profil hitam putih dari para ilustrator [arah jarum jam dari atas kiri:] Bonnibel Rambatan (ID), Johno Surodji Sembor (ID), Amanda Natakusuma (ID), Danielle Rhoda (UK), Wendy Wong (UK), Maharani Mancanagara (ID) ©

Foto oleh para ilustrator

Deskripsi Gambar: Foto tangkapan layar dari sesi presentasi publik, terdiri atas 25 kotak -- sebagian menampilkan foto para peserta sedang tersenyum, sebagian hanya menampilkan nama-nama peserta.
Deskripsi Gambar: Foto tangkapan layar dari sesi presentasi publik, terdiri atas 25 kotak -- sebagian menampilkan foto para peserta sedang tersenyum, sebagian hanya menampilkan nama-nama peserta.  ©

Dokumentasi oleh tim A Spoonful of Sugar in Your Cup of Tea

BC: Apa pelajaran paling besar dari kolaborasi ini?

PP: Proyek ini adalah pembelajaran yang sangat berharga bagi Pustaka Pias dan Small Fry Collective. Kami sangat bangga memiliki kesempatan untuk saling bertukar nilai, ide, pengetahuan dan pengalaman.

Sepanjang proyek ini berlangsung, kami memastikan untuk selalu berpikiran terbuka terhadap setiap seniman yang terlibat, mengingat mereka datang dari berbagai latar belakang dan tingkat pengalaman. Kehadiran mereka pun memberi kami banyak wawasan dan ide yang berharga.

Oleh karena itu, buku yang kami buat adalah hasil dari pembelajaran kolektif serta kajian bersama berbagai aspek diskriminasi. Buku ini juga adalah sarana membayangkan masa depan yang lebih aman, ramah dan inklusif bagi semua orang yang terpinggirkan.

BC: Apa rencana Pustaka Pias ke depan? 

PP: Kami melihat kemungkinan untuk melakukan lebih banyak kerjasama internasional. Kami juga semakin yakin bahwa isu dekolonisasi dapat didiskusikan dengan cara yang ringan, ramah dan mudah dicerna sekaligus tetap edukatif bagi audiens kami.

Setelah mengkaji topik ini melalui dialog dan karya seni transnasional, kami ingin terus terinspirasi dan menciptakan lebih banyak karya yang berdampak sekaligus menawarkan perspektif-perspektif baru terkait membayangkan perubahan di masa depan. Di luar itu, kami ingin terus memupuk kepedulian antara satu sama lain sebagai seniman, desainer, penulis, pengrajin sekaligus warga sipil.

Ikuti Pustaka Pias dan Small Fry Collective di Instagram untuk selengkapnya tentang kolaborasi mereka.