By Liam O'Shea, No Bounds Festival

26 August 2021 - 12:03

Deskripsi gambar: Ilustrasi 3D dari sebuah sosok totem sedang terbang di atas awan. Totem ini memiliki tiga mata, tubuh berwarna perak metalik, dan tujuh buah kaki -- dua kaki direntangkan di kedua sisi tubuhnya. Totem ini juga memiliki rambut berwarna silver dan dua buah antena di kepalanya.
Deskripsi gambar: Ilustrasi 3D dari sebuah sosok totem sedang terbang di atas awan. Totem ini memiliki tiga mata, tubuh berwarna perak metalik, dan tujuh buah kaki -- dua kaki direntangkan di kedua sisi tubuhnya. Totem ini juga memiliki rambut berwarna silver dan dua buah antena di kepalanya.  ©

No Bounds x Yes No Wave

Proyek ini membawa No Bounds Festival dan Yes No Wave Music bekerja sama dengan erat selama berbulan-bulan di kala lockdown. Kami sama-sama belajar banyak tentang metodologi, latar belakang budaya dan struktur satu sama lain. Proyek ini adalah sebuah kesuksesan besar bagi kami.

Secara spesifik, saya sungguh belajar banyak tentang sudut pandang Indonesia akan budaya Barat. Dalam perjalanannya, proyek ini menjadi sebuah eksplorasi terkait tema-tema utama yang muncul di webinar dan pembicaraan awal kami di Zoom.

Tema-tema tersebut di antaranya seperti dekolonisasi, desentralisasi musik, dunia bagian Selatan serta pendekatan non-Barat dalam seni dan bagaimana semua hal ini menghasilkan sebuah kebudayaan. Buat saya, pelajaran terbesar adalah mengetahui pentingnya Konferensi Bandung di tahun 1955. Saya tidak tahu-menahu soal kejadian bersejarah tersebut sebelum terlibat dalam proyek ini, namun kini saya memahami betapa pentingnya perhelatan itu untuk negara-negara Asia dan Afrika yang kala itu baru saja merdeka.

Ada banyak masalah yang kami hadapi karena COVID-19. Karena tidak bisa bepergian, semua pertemuan kami diadakan melalui Zoom dan kami mengerjakan karya kami secara berjauhan yang kemudian dibagikan dan disunting secara offline. Kami melakukan pertemuan rutin dan tidak pernah putus kontak selama periode proyek berlangsung sehingga ada dua hasil akhir yang tercipta: pembicaraan online sekaligus mixtape AV yang menampilkan karya yang telah kami ciptakan. Kedua hal ini ternyata sangat diminati banyak orang dan terus disaksikan oleh publik internasional setiap harinya. Selama proyek ini berlangsung ada banyak peristiwa yang terjadi: anak saya baru lahir, Ican juga menyambut kelahiran anak pertamanya dan Nkisi harus beberapa kali pindah negara. Sesekali ini menjadi halangan yang serius bagi kami, namun kami tetap fokus dan akhirnya berhasil menciptakan sebuah proyek yang gemilang sekaligus mencerminkan dedikasi dan kekuatan praktik Gabber Modus Operandi dan Nkisi.

Kami sangat bersenang-senang selama mengerjakan proyek ini. Ada begitu banyak tawa sekaligus momen intens yang terjadi, seperti yang lazim dalam proyek kreatif apapun. Di atas segalanya, selera humor dan ketelitian intelektual yang kami miliki memberikan karakter yang unik bagi proyek ini. Bagi saya, yang menjadikan karya ini sangat menarik dan mudah dicerna oleh siapa saja, baik anak-anak ataupun orang dewasa, adalah keseruan yang kami leburkan dalam kerangka konsep. Salah satu momen terbaik dalam mengerjakan proyek ini adalah pertama-tama menjajaki segala kemungkinan yang ada dan kemudian menuliskan landasan proyek ini. Pendekatan ini sungguh menyenangkan dan melahirkan banyak poin yang sahih. 

Eksplorasi Afro-Asia yang alami antara Nkisi dan Gabber Modus Operandi adalah titik awal yang berujung pada Totemon! Sungguh seru mengetahui bagaimana Konferensi Bandung membuat kami membahas tentang dekolonisasi, betapa banyaknya totem yang diambil dan disimpan di Museum Inggris dan museum-museum kolonial lainnya serta bagaimana hal serupa terjadi di Indonesia. 

Ini membuat kami berpikir akan Totemon dan menggabungkan ide ini dengan Pokemon, sehingga proyek ini bisa ditelaah dan ditampilkan dengan cara yang menarik tanpa sumber yang terpusat sekaligus bisa dinikmati secara gratis dan diakses oleh segala usia.

An illustration of three monochrome totems in red, neon green, and light blue. Totems' torsos have oval-like shapes with long slender limbs attached to it.
A poster for "Totem Rising" premiere. Image Description: An illustration of three monochrome totems in red, neon green, and light blue. Totems' torsos have oval-like shapes with long slender limbs attached to it.   ©

No Bounds x Yes No Wave

A 3D illustration of a totem with fire-shaped head, six eyes, and seven long sharp legs attached to its body.
Image Description: A 3D illustration of a totem with fire-shaped head, six eyes, and seven long sharp legs attached to its body.  ©

No Bounds x Yes No Wave

Momen yang menampilkan semangat ini dengan sempurna sekaligus momen favorit Wok The Rock adalah ketika kami membahas tentang tradisi kesurupan di Indonesia pada saat Online Public Talk, di mana seseorang bisa berubah menjadi harimau atau mamalia lainnya. Salah seorang penonton bertanya apakah orang Eropa bisa saja berubah menjadi tanaman karena tidak ada harimau di sana. Di saat inilah Ican dari Gabber Modus Operandi berseloroh bahwa dia ingin menjadi tanaman yang bisa menari. 

Kami sangat menanti momen perilisan karya musik kami sebagai unduhan gratis di Yes No Wave Music dan menampilkannya secara penuh di No Bounds Festival 2021 dalam bentuk realitas berimbuh alias augmented reality serta di 3D Soundsytem, perhelatan sistem suara imersif dari Universitas Huddersfield. Gabber Modus Operandi akan bekerja sama dengan seorang artis internasional ternama serta mengadakan tur keliling Inggris di tahun 2022, di mana mereka juga akan bertemu dengan banyak praktisi seni lain. Saat ini, No Bounds juga sedang mencari kolaborasi baru dengan kolektif-kolektif asal Asia.

Menemukan kolaborator terbukti menjadi proses yang organik berkat bantuan Derek dari Nyege Nyege yang mengenalkan No Bounds ke Yes No Wave. Proses perkenalan ini berjalan sangat mudah, sederhana, alami dan selaras hingga akhirnya kami bisa bekerja sama dengan Nyege Nyege.

Menjalankan proyek digital semacam ini memerlukan banyak perencanaan untuk melakukan pertemuan sekaligus mengatur zona waktu. Ini kerap menjadi tantangan karena semua orang memiliki komitmennya masing-masing. Pada akhirnya, kami berhasil menghadapi segala kesulitan ini dan mencapai hasil yang luar biasa. Yang juga diperlukan adalah kepercayaan antara satu sama lain selagi setiap orang mengembangkan ide-ide mereka di dunia nyata. Sekali lagi, proses ini berjalan cukup alami. Saya dan Wok mempertemukan musisi-musisi seperti Gabber Modus Operandi dan Nkisi yang kami yakin mampu bersinergi dengan baik dan keyakinan kami ini pun terbukti. Kedua artis ini berbagai sudut pandang artistik serupa yang terus saling melengkapi bahkan ketika mereka memiliki ide-ide yang berbeda, sehingga memungkinan proyek ini berjalan dengan baik. 

Mari berkenalan dengan para kolaborator!

Liam O'Shea

Liam adalah seorang seniman multi disipliner yang memulai karirnya melalui grup musik rock pada tahun 90-an dan ia sekarang merupakan seorang dj, produser, direktur kreatif dari sebuah warehouse venue di Sheffield yang bernama 'Hope Works' serta merupakan seorang direktur festival dari 'No Bounds Festival' sebuah festival berprestasi di South Yorkshire yang berfokus pada musik eksperimental, seni, dan teknologi. Dalam 10 tahun terakhir, ia sudah tampil di berbagai venue dari Club Air Tokyo hingga Berghain/Panoramabar sebagai seniman. Dalam kapasitasnya sebagai kurator/direktur, ia banyak bekerja dalam proyek-proyek internasional yang selalu berusaha terhubung dengan seniman eksperimental dari utara dan seniman-seniman dari berbagai budaya. Ia adalah seorang yang sangat percaya akan komunitas dan menciptakan kesempatan bagi talenta lokal.  

Wok The Rock

Wok The Rock adalah seniman yang aktif di sektor seni kontemporer, desain dan musik. Ia merupakan bagian dari kolektif seni Ruang MES 56 di Yogyakarta, dan ia memimpin label musik Yes No Wave Music dan menginisiasi terbentuknya Indonesian Netlabel Union. Ia pernah menjadi kurator untuk Biennale Jogja XIII di tahun 2015 dan saat ini menjadi ko-kurator untuk Nusasonic -- sebuah festival musik eksperimental Eropa-Asia Tenggara yang berjalan selama beberapa tahun.

Nkisi

Menautkan hard techno dan gabber beats dengan ritme drum pan-Afrika serta memadukan antara IDM electronics dengan juke house, Nkisi memiliki bakat unik dalam menentang klasifikasi genre. Ia merupakan bagian dari kolektif bernama NON Worldwide dan karya-karyanya banyak dipengaruhi oleh kosmologi Afrika. 

Gabber Modus Operandi

Gabber Modus Operandi adalah sebuah proyek Indonesia yang memperluas suara musik gabber dengan elemen-elemen yang diambil baik dari genre musik pop lokal yaitu dangdut koplo dan ritual tradisional jathilan. Gabber Modus Operandi mengkombinasikan musik fenetik dengan pertunjukan yang sama intensitasnya, dengan DJ Kasimyn yang menjaga tempo di 200 bpm dan Ican Harem menjerit dan meronta, sebagai rapper dan juga sebagai vokalis grindcore. Semua disajikan dengan dosis aman dari humor gelap.