By UK/Indonesia 2016-18 team

15 November 2016 - 12:21

Victoria from Invisble Flock watches the live steam of the buoy anchored off the coast of Ancol at the launch of the Someone Come Find Me remix in Jakarta.
Victoria from Invisble Flock checks the live steam of the buoy anchored off the coast of Ancol just before the launch of the Someone Come Find Me remix in Jakarta.

Hasil kolaborasi antara seniman Inggris anggota Invisible Flock, Ben Eaton dan Victoria Pratt dari Leeds, Inggris Raya, dengan Miebi Sikoki, teknologis kreatif dari Indonesia, Someone Come Find Me remix, diluncurkan di Kota Tua, Jakarta. Audiens diundang untuk mengirimkan sms yang akan diterjemahkan secara langsung menjadi pendaran cahaya dalam kode morse. Pada yang sama tulisan ini dapat dibaca secara langsung pada layar CRT TV hasi 

Kami berbicara langsung dengan Ben, Victoria dan Miebi untuk mencari tahu lebih banyak mengenai proyek ini.

Ben, bisakah Anda menceritakan sedikit mengenai proyek ini?

Ben: Proyek kami ini bernama Someone Come Find Me (Siapapun, tolong temukan saya). Karya kami yang satu ini merupakan hasil kami mengunjungi dan melihat kembali karya kami yang kami buat empat tahun lalu untuk Brighton Festival. Waktu kami pertama kali kami membuat karya ini, inspirasinya diambil dari hubungan kami dengan perahu - perahu yang berada di laut.

Waktu saya mengunjungi Indonesia pada bulan Maret,kita membicarakan soal karya-karya Invisible Flock secara keseluruhan, dan karya ini sepertinya yang paling cocok dengan Indonesia, mungkin dengan Jakarta pada khususnya, karena kota ini memiliki pesisir pantai.

Jadi sebenarnya karya ini sama tetapi memiliki aspek Indonesia yang sangat besar. Kami bekolaborasi dengan seorang craft yang luar biasa bernama Abot, yang benar - benar telah memberikan karya ini menjadi sangat Indonesia. Ketika di Inggris kami menggunakan lampungan cahaya yang memang dalam penggunaan dan berfungsi sebagai penanda lautan, tapi yang disini, semuanya dibuat benar - benar dari titik nol ala Indonesia. Ide di belakang karya ini sebenarnya adalah agar orang - orang dapat berinteraksi secara sederhana dengan cara mengirimkan pesan tanpa nama dengan menggunakan sms. Ini mungkin salah satu bentuk paling sederhana dari teknologi yang ada saat ini, yang lalu di terjemahkan ke kode morse, sebuah metode komunikasi yang hampir mati. Kode morse ini seperti menjadi puisi yang lalu di siarkan ke tengah laut.

Karya ini merupakan bagian dari serial karya - karya yang diangkat dari ide ‘sosial media yang pelan’, memaksa orang untuk memelankan diri sehingga memiliki waktu untuk berfikir,  akan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, secara digital dan juga secara fisik.

Saya pikir ini ide yang brilian. Ini seperti pesan dalam botol, tapi dengan cara yang unik dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Karya ini sangat indah. Saya mengirimkan pesan kepada gebetan saya - saya terlalu malu untuk mengatakan pesan ini secara langsung - Seorang pengunjung asal Jakarta 

Victoria, bisakah Anda menceritakan bagaimana pengalaman Anda akan Indonesia, dan bagaimana pengalaman ini mempengaruhi pengembangan karya ini?

Victoria: Sangat menyenangkan, ini semua disebabkan karena kami bekerjasama dengan Miebi. Saya pikir keputusan British Council untuk memperkenalkan kami dengan Miebi adalah keputusan yang bagus sekali. Cara bekerja Miebi dan kami sangat mirip, perbedaan kami hanya terletak pada perbedaan konteks antara Inggris dan Indonesia. Ketika Miebi di London, kami sempat membahas bagaimana kami akan mengerjakan karya ini, pada akhirnya kami memutuskan untuk menunggu untuk mengerjakan proyekini pada saat kami tiba di Indonesia. Cara bekerja organik seperti ini sangatlah menyenangkan dan menarik untuk kami.

Kami sangat suka bekerja dan meresponse tempat dimana karya ini akan dipersembahkan, sepertinya lebih baik dibandingkan dengan jika kami hanya mengirimkan karya yang telah jadi langsung dari Inggris misalnya. Membuat sesuatu di tempat, atau di remix, adalah cara bekerja yang sangat kami sukai.

Cara di Indonesia seperti ini membuat kami merasa lebih tenang dan pasti. Karena sebenarnya jika di Inggris cara bekerja organik seperti ini akan mengkhawatirkan para organisasi yang memberikan komisi. Apalagi dalam bidang digital, ada harapan dari para pemberi komisi untuk segala sesuatu dapat bekerja dengan langsung begitu karya dinyalakan, yang sebenarnya tidak pernah terjadi dengan karya seperti ini. Terlebih lagi jika karyanya berhadapan dengan publik atau secara langsung, pada hal ini karya yang di larungkan dilaut. Intinya di Indonesia kami merasa dipercayai.

Dan, tentunya kalau pun karya ini tidak benar-benar seperti yang dibayangkan itupun tidak masalah, semuanya akan berubah dan berevolusi sendiri. Menurut saya inilah yang kami rasakan dalam bekerja disini. Sikap terhadap karya yang sangat menyenangkan, dan membantu dalam berkarya. Semuanya harus terbuka dan harus melalui proses kolaborasi. Juga dengan adanya Miebi disini, karena kami tidak dapat berbicara bahasa Indonesia dan juga ini pertama kalinya saya di Indonesia - saya rasa adanya  Miebi itu penting dan luar biasa. Semua ini akan sangat sulit untuk kami kerjakan tanpa keberadaan Miebi.

The buoy being taken out to see at Ancol.
The buoy was taken out to sea off the coast of Ancol with some help from local fishermen. 
A man looks at the Someone Come Find Me installation.
Anonymity gives a sense of freedom, with many messages being declarations of love. 
Invisible Flock members Ben Eaton and Victoria Pratt from Leeds, UK and maker and technologist Miebi Sioki from Indonesia
Miebi Sioki, Ben Eaton and Victoria Pratt at the Someone Come Find Me remix launch in Jakarta. 

Miebi, dapatkah Anda menjelaskan bagaimana kolaborasi ini bermula untuk Anda, dan masukan Anda dalam proyek ini?

Miebi: Sebulan yang lalu saya beruntung  untuk dikirim oleh British Council untuk menghabiskan beberapa minggu di London dan Leeds bersama dengan Invisible Flock. Residensi itu merupakan sebuah kesempatan untuk dapat bekerja dengan mereka, untuk saya mengenal bagaimana cara kerja mereka, dan sebaliknya untuk mereka mengenal cara bekerja saya. Saya sebenarnya seharusnya di tugaskan untuk meremix Someone Come Find Me, tapi pada saat yang saya lewati bersama mereka di Leeds, saya mengambil kesimpulan dengan cepat bahwa sebenarnya karya mereka sudah dalam keadaan yang sempurna. Dan sepertinya jika saya mencoba mengutak-atik karya mereka, itu tidak akan menambah apa pun terhadap karya mereka itu.

Sehingga pada akhirnya saya memutuskan untuk membuat respon kepada karya mereka ini, sesuatu yang melengkapi dan memperluas karya tersebut. Jadi karya saya adalah sesuatu yang berada ditengah - tengah karya mereka dan publik Indonesia.

Secara sederhananya, karya mereka adalah ‘Pesan dalam botol versi 2.0’ - mereka mengirimkan pesan ke langit, orang - orang yang ingin didengar, suara - suara yang terlupakan, lansekap yang mulai menghilang, pesan - pesan yang tidak kekal, saya sangat suka dengan ide itu, dan saya sangat menyukai ide pengalaman untuk berbagi. Banyak orang yang mengirimkan pesan mereka ke pelampung ini, yang akhirnya diterjemahkan menjadi kode morse, tapi tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi. Jadi ada rasa tak dikenal, tapi juga ada rasa kebersamaan, pengalaman yang berbagi. Saya ingin sekali mengembangkan ide ini.

Jadi karya saya adalah sebuah menara transponder, sebuah cara memvisualisasikan pesan - pesan tersebut, karena orang Indonesia lebih mengenal bahasa visual. Hubungan kami (orang Indonesia) sangat berbbeda dengan di Inggris. Anda pasti tahu kalau disini kode morse itu sangat tidak lazim untuk kami, orang tidak begitu memahami apa dan seperti apa kode morse itu. Jadi saya pikir karya saya harus dengan bagaimana caranya untuk meresponse kepada ini.  Itulah mengapa komponen visual sangat penting bagi pengunjung untuk mengetahui apa yang sedang terjadi, dan juga untuk memvisualisasikan pengalaman yang berbagi tetapi tak bernama ini. Ini juga alasan mengapa pesan - pesan tersebut di visualisasikan mellalui CRT Monitors.

Saya pikir TV - TV ini sangat cool, karena kalian (orang Inggris) adaalah sebuah negeri kelautan, sedangkan di Indonesaia teknologi atau pun medium yang kita gunakan di Indonesia lebih visual dan literal. Kalau Anda bilang ‘morse’ kepada seseorang, ini tidak dapat diterjemahkan, jadi untuk dapat melihat dalam layar TV ini pengaruhnya terasa lebih langsung” Pengunjung, Jakarta

Alasan saya mengapa saya menggunakan monitor CRT adalah karena saya sebenarnya seorang pembuat, dan saya bekerja dalam bidang elektronik dan juga saya membuat karya digital, saya melihat teknologi berkembang dengan sangat cepat, banyak teknologi yang akhirnya ketinggalan. Jadi kembali lagi kepada ‘suara yang terlupa’, berkaitan dengan teknologi -teknologi yang telah dilupakan. Saya ingin melihat bagaimana kita dapat menggunakan monitor CRT, karena sekarang barang ini sangat sulit untuk dicari. Sehingga saya pikir akan menarik  untuk dapat menggunakan layar - layar ini dengan cara yang baru, dan juga untuk mendaur ulang mereka dengan cara yang lebih memiliki arti.

Ben: Kami tidak pernah menampilkan karya yang disertai oleh karya hasil kerja orang lain dan kami sangat senang melihat orang berinteraksi dengan karya ini. Karya kami telah diberikan kerangka yang tidak selalu harus berdiri sendiri. Karya Miebi ini menambah sebuah dimensi yang baru. Saya pikir kami untung sekali untuk dapat bekerja sama secara natural dan dengan baik dengan Miebi, sehingga karya kami pun seperti dapat berbicara dengan satu sama lain - tidak ada rasa bahwa kedua karya ini berselisih ataupun bersaing satu dengan yang lainnya, tapi sebenarnya keduanya adalah menawarkan hal yang sama. Saya pikir ini sangat mengairahkan dan juga unik.

Audiens dari Inggris dapat juga mengirimkan pesan mereka pada saat Digital Design Weekend di Jakarta, dan melihat secara langsung siaran ini di FACT di Liverpool. Menurut Anda akan seperti apakah reaksi dari audiens Indonesia?

Miebi: Saya pikir akan sangat menarik untuk mereka untuk mengetahui apa yang dibicarakan orang Inggris, apa yang ada dalam benak mereka, bagaimana mereka hidup. Dan mungkin ini dapat membentuk percakapan yang belum sampai sekarang kita lihat. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, dan ini hal yang membuat saya penasaran.

Anda ingin mengirimkan pesan?

Kirim SMS ke nomor  +62 855 746794409.