Hasil kolaborasi antara seniman Inggris anggota Invisible Flock, Ben Eaton dan Victoria Pratt dari Leeds, Inggris Raya, dengan Miebi Sikoki, teknologis kreatif dari Indonesia, Someone Come Find Me remix, diluncurkan di Kota Tua, Jakarta. Audiens diundang untuk mengirimkan sms yang akan diterjemahkan secara langsung menjadi pendaran cahaya dalam kode morse. Pada yang sama tulisan ini dapat dibaca secara langsung pada layar CRT TV hasi
Kami berbicara langsung dengan Ben, Victoria dan Miebi untuk mencari tahu lebih banyak mengenai proyek ini.
Ben, bisakah Anda menceritakan sedikit mengenai proyek ini?
Ben: Proyek kami ini bernama Someone Come Find Me (Siapapun, tolong temukan saya). Karya kami yang satu ini merupakan hasil kami mengunjungi dan melihat kembali karya kami yang kami buat empat tahun lalu untuk Brighton Festival. Waktu kami pertama kali kami membuat karya ini, inspirasinya diambil dari hubungan kami dengan perahu - perahu yang berada di laut.
Waktu saya mengunjungi Indonesia pada bulan Maret,kita membicarakan soal karya-karya Invisible Flock secara keseluruhan, dan karya ini sepertinya yang paling cocok dengan Indonesia, mungkin dengan Jakarta pada khususnya, karena kota ini memiliki pesisir pantai.
Jadi sebenarnya karya ini sama tetapi memiliki aspek Indonesia yang sangat besar. Kami bekolaborasi dengan seorang craft yang luar biasa bernama Abot, yang benar - benar telah memberikan karya ini menjadi sangat Indonesia. Ketika di Inggris kami menggunakan lampungan cahaya yang memang dalam penggunaan dan berfungsi sebagai penanda lautan, tapi yang disini, semuanya dibuat benar - benar dari titik nol ala Indonesia. Ide di belakang karya ini sebenarnya adalah agar orang - orang dapat berinteraksi secara sederhana dengan cara mengirimkan pesan tanpa nama dengan menggunakan sms. Ini mungkin salah satu bentuk paling sederhana dari teknologi yang ada saat ini, yang lalu di terjemahkan ke kode morse, sebuah metode komunikasi yang hampir mati. Kode morse ini seperti menjadi puisi yang lalu di siarkan ke tengah laut.
Karya ini merupakan bagian dari serial karya - karya yang diangkat dari ide ‘sosial media yang pelan’, memaksa orang untuk memelankan diri sehingga memiliki waktu untuk berfikir, akan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, secara digital dan juga secara fisik.
Saya pikir ini ide yang brilian. Ini seperti pesan dalam botol, tapi dengan cara yang unik dalam menyampaikan pesan kepada orang lain. Karya ini sangat indah. Saya mengirimkan pesan kepada gebetan saya - saya terlalu malu untuk mengatakan pesan ini secara langsung - Seorang pengunjung asal Jakarta
Victoria, bisakah Anda menceritakan bagaimana pengalaman Anda akan Indonesia, dan bagaimana pengalaman ini mempengaruhi pengembangan karya ini?
Victoria: Sangat menyenangkan, ini semua disebabkan karena kami bekerjasama dengan Miebi. Saya pikir keputusan British Council untuk memperkenalkan kami dengan Miebi adalah keputusan yang bagus sekali. Cara bekerja Miebi dan kami sangat mirip, perbedaan kami hanya terletak pada perbedaan konteks antara Inggris dan Indonesia. Ketika Miebi di London, kami sempat membahas bagaimana kami akan mengerjakan karya ini, pada akhirnya kami memutuskan untuk menunggu untuk mengerjakan proyekini pada saat kami tiba di Indonesia. Cara bekerja organik seperti ini sangatlah menyenangkan dan menarik untuk kami.
Kami sangat suka bekerja dan meresponse tempat dimana karya ini akan dipersembahkan, sepertinya lebih baik dibandingkan dengan jika kami hanya mengirimkan karya yang telah jadi langsung dari Inggris misalnya. Membuat sesuatu di tempat, atau di remix, adalah cara bekerja yang sangat kami sukai.
Cara di Indonesia seperti ini membuat kami merasa lebih tenang dan pasti. Karena sebenarnya jika di Inggris cara bekerja organik seperti ini akan mengkhawatirkan para organisasi yang memberikan komisi. Apalagi dalam bidang digital, ada harapan dari para pemberi komisi untuk segala sesuatu dapat bekerja dengan langsung begitu karya dinyalakan, yang sebenarnya tidak pernah terjadi dengan karya seperti ini. Terlebih lagi jika karyanya berhadapan dengan publik atau secara langsung, pada hal ini karya yang di larungkan dilaut. Intinya di Indonesia kami merasa dipercayai.
Dan, tentunya kalau pun karya ini tidak benar-benar seperti yang dibayangkan itupun tidak masalah, semuanya akan berubah dan berevolusi sendiri. Menurut saya inilah yang kami rasakan dalam bekerja disini. Sikap terhadap karya yang sangat menyenangkan, dan membantu dalam berkarya. Semuanya harus terbuka dan harus melalui proses kolaborasi. Juga dengan adanya Miebi disini, karena kami tidak dapat berbicara bahasa Indonesia dan juga ini pertama kalinya saya di Indonesia - saya rasa adanya Miebi itu penting dan luar biasa. Semua ini akan sangat sulit untuk kami kerjakan tanpa keberadaan Miebi.