British Council bakal menggelar UK/Indonesia (UK/ID) Festival untuk ketiga kalinya pada 2018. Yang membuat istimewa, fokus utama acara kali ini diarahkan kepada kesenian dan disabilitas; berkaitan dengan pengembangan rencana kesenian di sekitar Asian Para Games 2018, Jakarta.
Dalam rangka melancarkan agenda ini, British Council berniat menjalin kerja sama dengan berbagai pihak yang antara lain adalah pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), sektor kesenian, media, dan korporat. Tidak hanya dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri.
Persiapannya bahkan sudah dimulai September 2017 lalu, ketika British Council mengadakan diskusi meja bundar soal kesetaraan hidup difabel; meningkatkan kesadaran terhadap kesempatan yang ditimbulkan oleh Asian Para Games 2018. Pesertanya meliputi organisasi kesenian, seniman difabel dari berbagai belahan dunia, Lembaga Swadaya Masyarakat untuk disabilitas, hingga perwakilan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Prosesnya akan berlanjut lebih jauh lagi ketika British Council kedatangan perwakilan dari DaDaFest pada awal Februari mendatang. Pertemuan ini tentunya akan menimbulkan diskusi juga ide segar yang bisa diaplikasikan dalam rencana kesenian untuk Asian Para Games 2018.
DaDaFest sendiri adalah organisasi kesenian disabilitas asal Liverpool yang giat mempromosikan kesenian difabel dan tuna rungu berkualitas tinggi dari perspektif budaya yang unik. Mereka juga menyediakan kesempatan bagi difabel untuk mengakses kesenian lewat pelatihan dan program yang diperuntukkan bagi anak-anak muda.
Visi DaDaFest tidak main-main: menginspirasi, mengembangkan, merayakan talenta juga mutu tinggi kesenian difabel dan tuna rungu.
DaDaFest diinisiasikan oleh perusahaan bernama DaDa yang adalah singkatan untuk Disability and Deaf Arts. Mereka sudah menghasilkan proyek-proyek kesenian disabilitas sejak didirikan dengan nama Arts Integrated Merseyside (AIM) pada 1984 silam.
DaDaFest sebagai festival tahunan mulai digelar pada 2001, kemudian berganti menjadi festival dua tahunan pada 2010. Namun ambisinya tak pernah surut dan penyelenggaraannya terus berskala internasional.
Ada pun perwakilan DaDaFest yang hadir ke Jakarta nanti adalah Ruth Gould selaku Direktur Artistik. Ia juga sempat menjabat sebagai CEO pada 2001, saat memulai DaDaFest dengan mengumpulkan organisasi kebudayaan dan seniman guna mengembangkan festival sepuluh hari yang ditargetkan untuk membawa perubahan sosial; salah satunya dengan mengarahkan lampu sorot kepada seniman difabel.
Ruth dianggap sebagai pionir di bidangnya dan terus bersemangat dalam memberdayakan seniman difabel. Pada awal tahun 2014, ia menerima Winston Churchill Memorial Trust Travel Fellow yang membuatnya bisa mendatangi India, Malawi, dan sebagainya untuk mengeksplorasi bagaimana kesenian di negara selain UK bisa memberdayakan juga memposisikan ulang penyandang disabilitas serta tuna rungu dalam masyarakat.