Akhir pekan lalu, sebagai bagian dari Festival Bebas Batas, kolektif asal Inggris Deaf Rave - yang berspesialisasi menggelar pesta musik untuk para penyandang tuli - berkolaborasi dengan kolektif musik dance asal Jakarta PonYourTone untuk mengadakan rave tuli pertama di Jakarta.
Penyelenggara dan pemrakarsa Deaf Rave, Troi ‘DJ Chinaman’ Lee, juga mengadakan lokakarya manajemen acara yang dirancang oleh dan untuk orang tuli, di mana dia berbagi cerita dan rahasia mengadakan rave di seantero Inggris selama 15 tahun terakhir.
Kami berbincang dengan Troi untuk mengetahui lebih banyak tentang kesibukannya dan kegiatannya di Indonesia sebagai bagian dari UK/ID Festival 2018.
Apa itu Deaf Rave dan apa saja yang dilakukan?
Deaf Rave adalah organisasi nirlaba yang tujuan utamanya adalah mengadakan acara bagi komunitas tuli. Sebagai kelompok masyarakat, para penyandang tuli sangat termarjinalisasi dan terisolir. Maka dari itu, tugas saya adalah mengadakan acara ini dan mengumpulkan mereka semua. Kami harus bersosialisasi dan bertemu orang-orang tuli lain, seperti layaknya mereka yang tidak tuli.
Indonesia sungguh berbeda dan menakjubkan.
Apa saja yang Anda lakukan di Indonesia?
Indonesia sangatlah luar biasa, salah satu negara terbaik di Asia. Saya kerap mengunjungi Asia selama beberapa tahun terakhir. Saya memiliki darah Cina, Vietnam dan Inggris, dan sudah sering ke Vietnam. Namun Indonesia sungguh berbeda dan menakjubkan. Keramahan orang-orangnya tak tertandingi, begitu pun dengan kedai kopi dan restorannya. Orang-orang di sini tahu caranya menjamu dan mereka tahu cita rasa yang enak. Ini adalah pertama kalinya saya datang ke sini, dan saya akan kembali lagi.
Apakah ini pertama kalinya Anda melakukan kolaborasi dengan musisi dari negara lain?
Tentunya ini adalah kali pertama Deaf Rave terlibat dalam kolaborasi antar bangsa dan kami sangat berbangga diundang oleh British Council ke Festival Bebas Batas. Ini juga berkat DaDaFest di Liverpool yang mendukung Deaf Rave. Mereka semua mewujudkan mimpi saya.