By Tim UK/Indonesia 2016-18

05 February 2018 - 09:40

Pada September 2017 lalu, British Council mengadakan diskusi meja bundar soal kesetaraan hidup difabel. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran terhadap kesempatan yang ditimbulkan oleh gelaran Asian Para Games 2018 pada Oktober mendatang di Jakarta.

Peserta diskusi tersebut meliputi organisasi kesenian, seniman difabel dari berbagai belahan dunia, Lembaga Swadaya Masyarakat untuk disabilitas, hingga perwakilan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Hal ini sejalan dengan rencana UK/Indonesia (UK/ID) Festival 2018 asuhan British Council untuk mengarahkan fokus kepada kesenian dan disabilitas; berkaitan dengan pengembangan rencana kesenian di sekitar Asian Para Games 2018.

Dalam rangka semakin memantapkan rencana ini, British Council bakal mendatangkan Epic Arts yang merupakan organisasi kesenian inklusif berskala internasional. Berbasis di Kamboja dan tercatat sebagai yayasan di UK, Epic Arts memanfaatkan kesenian sebagai bentuk ekspresi dan pemberdayaan untuk membawa difabel dan non-difabel hidup berdampingan.

Mereka percaya bahwa setiap orang, baik difabel maupun non-difabel, memiliki nilai yang sama dan seharusnya dilihat sebagai individu kreatif yang punya suara. Epic Arts memiliki target untuk menjadi baris terdepan kesenian inklusif di Kamboja dan Asia Tenggara, juga sebagai suara penting dalam pengembangan seni inklusif yang lebih luas di seluruh dunia.

Epic Arts mulai aktif di Kamboja pada 2001 silam ketika penari komunitas Katie McCabe bekerja sama dengan sejumlah penyandang disabilitas di Phnom Penh. Pada 2003, ia pindah ke Kampot dan mulai bekerja di suatu tempat yang kini dikenal dengan nama The Epic Arts Cafe. Seiring dengan bertambahnya peserta, dibangunlah Epic Arts Centre di Kampot pada 2009.

Anthony Evans selaku Manajer Pengembangan Program di Epic Arts akan menjadi perwakilan yang datang ke Jakarta nantinya. Ia bersama Laura Evans dan Onn Sokny memimpin tim manajemen senior untuk mengembangkan proyek dan program Epic Arts serta juga kemitraannya.

Patut diketahui pula bahwa keterbukaan Epic Arts tidak hanya berhenti di penyandang disabilitas, karena mereka juga merayakan keberagaman dalam kepercayaan beragama, ras, jenis kelamin, seksualitas, dan latar belakang.

“Kami percaya terhadap integritas, pemahaman, penerimaan, pengembangan, kesetaraan, dan penyertaan semua orang... dan yang terpenting dari semua, kami percaya kepada manusia,” tulis Epic Arts dalam pernyataan misi mereka.