By Tim UK/Indonesia 2016-18

08 September 2016 - 19:29

Hana dan Annisa di depan poster festival  UNLIMITED di Southbank Centre
Hana dan Annisa di depan poster festival  UNLIMITED di Southbank Centre ©

British Council

Merayakan festival terdepan yang menampilkan karya-karya dari seniman penyandang disabilitas

Festival Unlimited menampilkan karya-karya inventif dari seniman-seniman penyandang disabilitas. Dari sektor teater, tari, musik, literatur, komedia, sampai dengan seni visual, Unlimited Festival menghadirkan sajian artistik yang eksploratif dengan pendekatan yang jujur, orisinil, dan kaya humor. Di tahun 2012 kemarin, Unlimited menjadi sorotan utama dari Cultural Olympiad dan di bulan September ini, dua individu muda penuh talenta dari Indonesia, Hana Madness dan Annisa Rahmania dari Young Voices of Indonesia telah diundang oleh British Council untuk menghadiri festival dan menciptakan jaringan-jaringan baru dengan seniman penyandang disabilitas di ranah internasional.

 delegasi dari Indonesia:

Hana Madness

Hana Alfikih atau dikenal dengan nama pilihannya, Hana Madness, memiliki Bipolar dan Schizoprenia, tapi, itu tidak menghentikannya dalam berkarya dan menumpahkan ide kreatif tanpa batasnya untuk menghasilkan karya seni yang beragam, mulai dari karya lukis, sketsa, fotografi, dan bahkan aksesoris. Kreativitasnya yang tidak berbatas membuatnya mampu untuk menciptakan karya seni dari benda-benda yang bahkan sering dilupakan atau dibuang begitu saja, seperti botol dan toples lama yang ia ubah menjadi karya seni dengan lukisan-lukisan penuh warna.

Annisa Rahmania dari Young Voices of Indonesia

Delegasi lainnya, Annisa Rahmania atau biasa dikenal sebagai Nia, juga tidak kalah bertalentanya. Annisa yang masih sangat muda adalah advokat yang tidak pernah lelah untuk memperjuangakan hak-hak disabilitas di Indonesia. Annisa yang saat ini tengah menempuh studi sebagai mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) di Universitas Trisakti sekaligus menjadi ketua dan aktivis dari Leonard Cheshire Disability (LCD) Young Voices of Indonesia terlahir sebagai tuna rungu. Dia sebelumnya pernah mengunjungi London tiga tahun lalu di tahun 2013 dan berbicara di depan para peserta internasional di Hari Disabilitas Internasional dan sekarang, Annisa kembali lagi ke London untuk menghadiri Festival Unlimited di Southbank Centre. 

 

Hana Madness bercerita tentang Bipolar and Schizoprenia dan proses kreatif yang ia jalani. ©

William Setiawan

Annisa Rahmania menghadiri Arts & Disability Talks yang diadakan oleh British Council Indonesia ©

William Setiawan

Tentang Unlimited

Program-program dari Unlimited bertujuan untuk memperkenalkan dan membawa karya-karya dari seniman penyandang disabilitas sebagai bagian dari sektor budaya secara lebih luas, dan juga untuk mengenalkan karya ini ke pengunjung-pengunjung baru dan mengubah perspektif terhadap penyandang disabilitas. Unlimited diselenggarakan oleh Shape Arts dan Artsadmin dan didanai oleh National Lottery melalui Arts Council England, Arts Council Wales, dan Creative Scotland. British Council dan Arts Council England berkolaborasi untuk mendanai dan mendukung Unlimited International. Spirit of 2012 mendanai Unlimited Impact untuk mendukung muda-mudi, memperluas sebaran geografis dari program, dan menjaga tradisi. 

Ikuti bincang mengenai Unlimited di tagar #UnlimitedFest dan akun media sosial kami @IDBritishArts !

 

More to read about Unlimited Festival