Meskipun memiliki darah Indonesia, selama ini Ed Riman hanya pernah mengunjungi Indonesia sebagai turis, bukan musisi. “Kebanyakan kunjungan saya ke Indonesia lebih untuk silaturahmi dengan keluarga atau liburan, jadi menyenangkan sekali bisa tampil di UK/ID Festival,” ucap musisi asal London ini. Meskipun begitu, kehadiran banyak anggota keluarga Indonesia Ed saat penampilannya tetap membuatnya gugup, terlebih karena itu pertama kalinya mereka melihatnya tampil. “Namun saya tetap bersenang-senang. Penontonnya sangat ramah dan saya bangga menjadi bagian dari acara ini,” jelasnya.
Ed juga bangga akan dua sisi budaya yang dimilikinya dan memanfaatkan hal tersebut untuk keperluan bermusiknya. “Kata ‘hilang’ berasal dari bahasa Indonesia, jadi saya pikir Hilang Child adalah nama panggung yang keren. Akhirnya saya terbiasa menggunakan nama itu ketimbang nama saya sendiri,” katanya. Alasan Ed menggunakan nama panggung adalah karena dia tidak ingin dikenal lewat nama aslinya saat dia mulai bernyanyi. “Saya takut teman-teman musisi saya mengenali suara saya. Jadi saya memutuskan memakai nama palsu,” kenangnya.
Meskipun kini dikenal sebagai penyanyi dan penulis lagu, Ed memulai karir musiknya sebagai pemain drum di berbagai grup musik dan sesi rekaman selama 10 tahun. “Saya baru mulai menyanyi dan menulis lagu kira-kira 4 atau 5 tahun lalu. Rasanya lelah tidak bisa memainkan lagu-lagu saya sendiri, dan saya ingin wadah kreatif untuk diri saya sendiri,” katanya. Proses kreatif Ed pun lama kelamaan berubah. “Untuk waktu yang lama, saya mulai menulis dasar sebuah lagu di piano. Kemudian saya rekam lagu tersebut dan menambahkan berbagai macam suara untuk menilai apa yang cocok dan tidak,” ungkapnya. Dengan semakin terlibatnya Ed dalam proses produksi, dia mengakui bahwa belakangan ini bisa saja sebuah lagu dibuat dengan cara lain. Meskipun begitu, tetap ada satu hal yang tidak berubah.
“Proses menulis lagu selalu organik buat saya, karena saya tidak pernah merencanakan apa-apa. Tidak ada proses yang baku bagi saya.”