Sepanjang bulan Juli kemarin, grup teater yang menampilkan karya berjudul Nocturnes ini sibuk tampil, mengadakan lokakarya serta memberikan kuliah di seantero Asia. Penampilan pertama mereka dilangsungkan di Hong Kong, yang diselenggarakan oleh Tai Kwun Centre for Heritage and Arts yang baru. Sebelumnya, tempat tersebut adalah markas besar kepolisian Hong Kong. Nocturnes kemudian ditampilkan untuk pertama kalinya di Indonesia, tepatnya di Makassar, sebelum bertolak ke Jakarta. Di sini, Imitating The Dog tampil di venue terbesar sepanjang karir mereka. Lebih dari 2,000 orang datang ke pertunjukan mereka selama rangkaian tur ini. Tentu saja mereka melalui begitu banyak hal yang menyenangkan, dan berikut ini adalah ceritanya.
Sebelum tur…
Saat kami mengadakan tur internasional, kami kerap menampilkan karya yang sudah kami tampilkan sebagai bagian dari British Council Showcase, yang diadakan di Edinburgh setiap dua tahun sekali. Ratusan delegasi hadir dari seluruh dunia untuk membangun kerja sama dengan grup-grup di Inggris sekaligus mengundang mereka untuk berpartisipasi dalam program festival, misalnya dengan tampil atau mengadakan lokakarya. Berdasarkan standar umum Nocturnes, kami menampilkan pertunjukan yang sangat sederhana dan hanya memiliki enam orang di tim tur kami (tiga penampil, dua teknisi dan satu direktur artistik). Menurut kami, ini berarti tim kami lebih praktis untuk mengadakan tur internasional. Ada begitu banyak persiapan yang kami lakukan, seperti bekerja sama dengan rekan-rekan lokal di setiap negara sekaligus dengan British Council. Bahkan dengan pertunjukan yang terkesan sederhana, banyak sekali elemen logistik yang terlibat. Maka dari itu, komunikasi sangatlah penting agar semuanya berjalan lancar dan memenuhi ekspektasi saat kami tiba.
Dan tentunya ada latihan ulang pertunjukan ini (kami belum menampilkan Nocturnes selama tujuh bulan), subtitel yang harus dipersiapkan di setiap bahasa, senjata replika dan botol vodka yang harus didapatkan di tempat… dan masih banyak lagi!
Selama tur…
Kami diundang untuk menampilkan pertunjukan ini di tiga tempat yang sangat berbeda dan kami sangat senang akan prospek ini. Hong Kong memiliki pusat kesenian baru yang terletak di lokasi yang sebelumnya adalah markas besar kepolisian negara tersebut dan tempat ini menawarkan kesempatan untuk mengadakan pameran, film, teater… sebut saja, pasti bisa! Pusat kesenian ini sungguh eklektik, dirancang dengan indah dan sangat memukau. Kami sangat senang dapat turut serta dalam musim teater perdana di sana dan kami yakin tempat ini akan semakin masyhur di masa depan.
Rekan kami di Makassar, Indonesia adalah jaringan seni internasional bernama 5ToMidnight dan mereka menemukan sebuah tempat luar biasa yang mereka pikir cocok untuk menampilkan Nocturnes. Tempat ini sangat besar dan luas, semacam bunker beton, yang sebenarnya adalah unit ritel yang sedang dibangun di dalam sebuah pusat perbelanjaan. Berkatnya, penampilan kami jadi memiliki kualitas yang ringkas namun muram dan mengancam, dan itu sungguh menyenangkan. Seluruh tim bekerja keras untuk mempersiapkan segalanya dan penampilan kami pun berjalan dengan sukses.
Di Jakarta, kami menemui hal yang sungguh berbeda dalam hal estetika panggung. Saking lakunya tiket pertunjukan kami, akhirnya kami dipindahkan ke lokasi yang lebih besar di Institut Kesenian Jakarta, yang memiliki kapasitas 1200 kursi. Lokasi ini mengingatkan kami akan teater festival di Edinburgh, sama besar dan luasnya seperti unit ritel yang terbengkalai, namun dengan panggung kayu yang terpoles dan megah (lengkap dengan putaran terpasang) serta kursi-kursi beludru yang mengelilingi panggung.
Saat kami tampil, pertunjukan pun terasa sangat menarik, terlebih dengan respon penonton di tempat yang sangat luas. Teknisi tur kami, Andrew Crofts dan Ian Ryan, bekerja dengan sangat keras di setiap lokasi, namun komitmen mereka dalam menyiapkan setiap lokasi dengan sedemikian rupa bagi penampilan kami sungguh terbukti, dan respon audiens secara keseluruhan sangat memuaskan. Kami semua setuju bahwa diskusi selepas pertunjukan di Makassar adalah yang paling antusias, tajam dan teliti selama dua puluh tahun kami berkarya.