Ballet.ID bekerja sama dengan British Council Indonesia, Kedutaan Besar Australia, dan Institut Francais Indonesia menggelar Gala Balet Indonesia ke-2: An Inclusive Dance Event pada Sabtu (23/9) mendatang di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Dalam konferensi pers yang terlaksana pada Selasa (19/9) lalu di kantor British Council, Office 8, Jakarta, Mariska Febriyani dari Ballet.ID sempat menceritakan bahwa ide acara tari inklusif ini datang ketika dirinya berpartisipasi dalam Unlimited Festival di Glasgow, UK. “Saya bertemu dengan berbagai macam penari difabel berkualitas internasional di sana,” ujarnya.
Etos kerja dan semangat para penari difabel yang ia temui pada Unlimited Festival kemudian menginspirasinya untuk menyelenggarakan Gala Balet Indonesia ke-2.
Ada sejumlah elemen yang membuat Gala Balet Indonesia ke-2: An Inclusive Dance Event menjadi ajang yang wajib disaksikan. Kami menjabarkannya di bawah ini:
Tema “An Inclusive Dance Event”
Dengan mengedepankan kesetaraan menari bagi semua manusia, acara ini melibatkan sejumlah penari difabel dan non-difabel baik dari dalam maupun luar negeri. Beberapa di antaranya adalah penari tuna rungu bernama Isro Ayu Permatasari dan teman-teman penari kursi roda dari Yayasan Pembinaan Anak Cacat Jakarta.
Isro sempat bercerita: “Awalnya sangat sulit bagi kami untuk berkomunikasi. Terlebih lagi banyak teman yang membedakan dirinya dengan penari dari luar dan kadang kurang percaya diri. Tapi setelah latihan bersama selama tiga bulan, kami berhasil menemukan formula untuk berkomunikasi dan menjalin kekompakan. Hal ini yang membuat seluruh proses workshop tari kami semakin seru.”
Kolaborasi Lintas Negara
Gala Balet Indonesia ke-2: An Inclusive Dance Event menyandingkan penari dari Indonesia dengan sederet penari internasional, seperti Daniel Daw dan Mirjam Gurtner dari Candoco Dance Company (Inggris), Queensland Ballet dan Marc Brew Company (Australia), Magaly Saby (Perancis), dan Universal Ballet (Korea Selatan).
Candoco Dance Company berkolaborasi dengan sejumlah penari tuna rungu Indonesia, Magaly Saby bekerja sama dengan penari difabel dari Indonesia yang lolos audisi lewat Internet untuk memanfaatkan keterbatasan sebagai kesempatan berkarya, sementara EKI Dance Company menciptakan koreografi tari baru bersama penari kursi roda dari Yayasan Pembinaan Anak Cacat Jakarta.