By UK/Indonesia 2016-18 team

17 August 2017 - 18:36

Curator Emily Gray with artists Eldwin Pradipta, Panca DZ and Ackay Deni.
Curator Emily Gray with artists Eldwin Pradipta, Panca DZ and Ackay Deni.  ©

Platform3

Emily Gray adalah seorang kurator seni yang kini bermukim di Skotland di mana ia lebih sering mengkurasi proyek-proyek seni di luar galeri.

Selama bulan Juli, Emily tinggal di Bandung dalam program residensi bersama Platform3, sebuah organiasi seni yang menyediakan tempat untuk mengeksplorasi dan bereksperimen dengan seni tematik.

Emily bekerjasama dengan tiga seniman Bandung - Eldwin Pradipta, Panca DZ dan Ackay Deni - di mana Emily menjadi kurator di sebuah pameran bertajuk 'a new day came'. Kami berbicara dengan Emily tentang apa artinya menjadi seorang kurator and tentang kisahnya selama tinggal di Indonesia.  

Apa yang menjadi alasanmu untuk menjadi seorang kurator? 

Saya suka sekali berkerja dengan para seniman dan memfasilitasi karya-karya mereka. Variasi cara, subjek, dan konteks yang ada selalu membuat saya terkagum-kagum.

Keindahan bekerja sebagai seorang kurator adalah bisa melihat secara luas keberagaman cara dan subjek seni, membawa mereka bersama dan mengeksplorasi pendekatan-pendekatan alternatif yang mengubungkan sang seniman, karya seni, dan pemirsa.

Bandung dan Glasgow dikatakan sebagai 'kota kreatif'. Dalam pandanganmu, apa kesamaan antara kedua kota ini?

Bandung dan Glasgow bukanlah ibu kota negara, dan keduanya merupakan tujuan wisata namun dengan penekanan pada keunggulan lokal. 

Dari sisi seni, kondisi ini menjadikan Bandung dan Glasgow dalam posisi yang unik: cukup kecil untuk menjalin koneksi, baik keluar ataupun di dalam kota itu sendiri, dan juga memiliki kebebasan untuk bereksperimen - berada di luar tekanan ibu kota tapi tetap memiliki pengaruh yang besar di dunia seni.

Di kedua kota ini juga memiliki berbagai tempat dan perkumpulan seni yang digerakkan oleh para seniman, dan di situ ada kebutuhan kurasi yang tinggi. 

Seberapa penting seorang kurator untuk mengikuti program residensi?

Saya kira peran seorang kurator sudah berubah selama beberapa dekade belakangan ini. Sehingga penting untuk memiliki ruang dan waktu dalam mengembangkan ide-ide baru dan bereksperimen dengan lingkungan yang berbeda-beda.

Selain itu, menjalin hubungan dan memperluas jaringan akan turut membantu dalam menciptakan kesempatan-kesempatan interaksi baru bagi masyarakat, tempat, dan budaya.

Saya berpendapat bahwa di dunia seni yang makin global, hubungan yang kita buat dengan beragam tempat, masyarakat, dan budaya menjadi lebih penting lagi. Untuk mencari kesamaan dan kesempatan untuk merubah persepsi dan ide melalui interaksi dua arah secara langsung.

'a new day came' exhibition in Bandung
Dari kiri ke kanan, karya dari Eldwin Pradipta, Panca DZ and Ackay Deni. ©

Platform3

Eldwin Pradipta's art work of projected images.
Karya Eldwin Pradipta's  diproyeksikan ke peta kolonial di wilayah Pecinan. Merefleksikan regenerasi dan turisme kontemporer di mana Bandung menjadi kota Internasional.
A close up of Panca DZ's art work.
Karya Panca DZ fokus pada insiden rasial yang terjadi pada tahun 1963 di ITB. Eskalasi bisa terjadi dari pertengkaran, bahkan dari daerah yang kecil sekalipun, dan dalam konteks ini disimbolkan dengan kursi. ©

Platform3

Ackay Deni’s installation of live fish in water suspended from the gallery ceiling, above a reformed mountain range made from earth taken from Ackay’s village.
Instalasi seni Ackay Deni’s menggunakan ikan hidup yang digantung di atas 'pegunungan' yang tanahnya diambil dari kampung Ackay. ©

Platform3

Bolehkah kamu ceritakan tentang pameran 'a new day came' - Apa yang menjadi inspirasi pemeran ini? 

Pameran ini dilakukan sebagai upaya mengeksplorasi Bandung - sosial, politik dan lingkungan. Sebuah film dari tahun 2013 ditampilkan kepada para seniman di Bandung sebagai titik awal untuk berdialog, dan sebagai titik masuk untuk pertukaran antara Skotlandia dan Jawa.

Judul dari pameran tersebut datang belakangan setelah berdiskusi dengan para seniman dan Platform3, dan itu dinspirasi dari catatan awal tentang Bandung dan cerita Sang Kuriang.

Dalam konteks ini saya menggunakannya sebagai alegori tentang bentang alam (landscape) - sebuah pengingat bahwa meskipun kita melihat bentang alam sebagai sesuatu yang tak berubah, namun sebenarnya masih dia terus-menerus membentuk formasi baru. Seperti halnya kisah Sangkuriang, di mana ia berpikir bahwa waktu telah memasuki hari baru, padahal fajar belum saatnya muncul.  

Apa yang paling menyenangkan dari residensimu? 

Bisa bertemu dengan para seniman dan melihat langsung karya-karya mereka adalah hal yang paling menyenangkan - dialog dan pertukaran pikiran terjadi ketika ide dan hasil penelitian dibagikan bersama untuk mendapatkan pengalaman alternatif dan untuk mengembangkan pemahaman Anda.

Aspek apa yang paling menarik perhatianmu selama residensi? 

Bagian yang paling menarik dari sebuah karya seni adalah isi dan konteks yang mengilhami seniman yang bersangkutan.

Subjek dan materi yang digunakan adalah cara untuk mengkomunikasikan pikiran dan ide kita - membuka cerita dibelakangnya dan merupakan cara yang bagus untuk berinteraksi dan belajar tentang dunia lain. Sekaligus melihat bagaimana pendapat orang lain tentang itu semua.