©

Vector illustration by freepik.com

Writing for Inclusion adalah sebuah program lokakarya online persembahan dari British Council, Disability Arts Online (DAO), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), dan KamiBijak, yang bertujuan untuk mengasah kemampuan menulis secara inklusif bagi para jurnalis aktif baik disabilitas maupun non-disabilitas, serta jurnalis pemula disabilitas atau penulis disabilitas di berbagai jenjang karir.

Program ini diselenggarakan pada 27 Mei - 1 Juli 2021, dan terdiri atas:

1.   Satu sesi webinar 'Empowering disabled people through how we talk and write' yang mengkaji tema-tema berikut:

 

  • Representasi orang-orang disabilitas di media; stereotip dan bagaimana cara mengenalinya.

  • Pendekatan model sosial disabilitas sebagai sarana menuju inklusifitas; pola pikir kritis terhadap hambatan dan akses ketimbang kondisi medis. 

  • Pentingnya bagi orang-orang disabilitas untuk terwakili dengan baik.

2.   Empat sesi khusus untuk setiap kelompok:

 

  • Sesi pertama

 

 

  • Grup A jurnalis aktif akan membahas cara mengkritik hasil karya seniman disabilitas.
  • Group B jurnalis pemula disabilitas atau penulis disabilitas akan mendalami berbagai macam gaya penulisan dan jenis konten.
  • Kedua kelompok akan mendapatkan tugas menulis pada sesi pertama mereka. 

 

  • Sesi kedua akan mengupas lengkap cara mengembangkan outline liputan yang baik agar dapat tetap fokus pada isu yang diangkat.
 
  • Sesi ketiga akan menggali tentang praktik jurnalisme inklusif bersama salah satu media online di Indonesia.

 

  • Sesi keempat akan menjadi kesempatan untuk mendapatkan masukan dan berdiskusi dengan rekan dalam kelompok masing-masing.

Program ini akan menawarkan sesi bimbingan individu bersama dengan mentor yang berasal dari berbagai pengalaman dan latar belakang. Selain itu, juga akan ada sesi berjejaring yang tujuannya adalah agar para peserta terpilih dapat saling berbagi dan belajar dari satu sama lain.

British Council telah menjalankan program seni disabilitas di Indonesia selama 5 tahun terakhir, bekerja dengan berbagai spektrum pemangku kepentingan, baik di tingkat kebijakan, institusi, maupun individu. Kali ini, kami mengembangkan Writing for Inclusion sebagai kesempatan untuk memperkaya keterampilan para jurnalis aktif dan pemula untuk memperluas ruang lingkup praktik jurnalistik mereka, mengangkat perspektif baru, dan melatih bagaimana menulis secara inklusif.

Para Mentor

Colin Hambrook

Colin adalah Founding Editor dari Disability Arts Online, yang sudah bekerja di sektor seni disabilitas selama 30 tahun. Ia sudah memproduksi beragam bentuk penerbitan baik dalam media online maupun cetak, termasuk pada saat menjabat sebagai editor di majalah Disability Arts in London (DAIL).

Joe Turnbull

Joe bekerja sebagai Asisten Editor untuk Disability Arts Online sejak tahun 2015. Joe memimpin proyek-proyek yang berkaitan dengan program kemitraan dan konsultasi, salah satunya untuk platform British Council's Disability Arts International. Joe memiliki latar belakang jurnalisme seni dan pernah menulis untuk the Guardian, The Stage, a-n, Frieze dan Apollo Magazine. 

Nani Afrida

Nani adalah jurnalis yang sudah bekerja lebih dari 21 tahun di berbagai media, baik lokal, nasional, dan internasional. Saat ini Nani menjabat sebagai chief correspondent kantor berita Turki Anadolu Agency. Selain jurnalis, Nani juga aktif di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia sebagai ketua Divisi Gender, Anak dan Kelompok Marjinal. 

Dian Yuliastuti

Dian merupakan editor di media Tempo dan memiliki spesialisasi dalam bidang Seni dan Budaya. Selain itu, Dian aktif sebagai Pengurus Nasional AJI dengan menjadi anggota Divisi Gender, Anak dan Kelompok Marjinal (2017-2021) dan Anggota Bidang Pendidikan, Etik dan Profesi (2021-2024).

Widia Primastika

Widia merupakan Managing Editor dari Konde.co, media yang fokus pada isu perempuan dan kelompok minoritas. Ia memiliki concern terhadap media, perempuan dan kelompok marjinal. Ia juga memiliki concern terhadap isu kesehatan mental, salah satunya dengan terlibat dalam riset Pengetahuan Jurnalis Terhadap Isu Bunuh Diri. 

Aryani Bunawan

Aryani adalah jurnalis dan reporter Tuli yang selalu mau belajar hal baru, meskipun menurut sebagian orang ia memiliki keterbatasan, tapi bagi dia keterbatasan bukan halangan untuk bisa berkembang menjadi lebih baik.

Restu Lestari

Membaca adalah salah satu minatnya. Dengan latar belakang studi di bidang Sastra Jepang, Restu menggeluti profesi sebagai content creative di KamiBijak. Harapan terbesar perempuan Tuli ini agar media dapat lebih ramah disabilitas.

 

Peserta Terpilih Kohort A

Alvi

Alvi, tinggal di Yogyakarta. Sejak tahun 2009 menekuni isu-isu sosial dan HAM seperti isu perempuan, pekerja rumah tangga, LGBTIQ, dan disabilitas. Tertarik pada isu lintas sektor dan pendekatan transdisipliner. Saat ini bekerja sebagai kontributor di Solider.id.

Bambang Muryanto

Betty Herlina

Lulusan Teknologi Industri Pertanian (TIP) Univ Bengkulu, mengawali karir jurnalistik sejak tahun 2008 di Harian Rakyat Bengkulu. Saat ini menjadi official di gerbangbengkulu.com dan menulis untuk isu perempuan dalam berbagai perspektif di bincangperempuan.com.  Betty juga meraih beberapa penghargaan diantaranya, Citradaya Nita 2018 dan 2019 dari Pusat Perhimpunan Media Nusantara (PPMN), Fellowship Jurnalis Perempuan dari PPMN & Unesco (2020). 

Ika Yuniati

Ika adalah seorang jurnalis untuk Harian Solopos bidang seni budaya yang punya ketertarikan pada isu gender dan inklusi. Selain aktif bekerja di Harian Solopos, Ika juga kerap mengikuti pelatihan dan fellowship seputar isu gender dan inklusi. Ia juga aktif berkegiatan di bidang sosial yakni Ruang Solidaritas Jolijolan, dan Kelas Inspirasi. 

Muhamad Taslim Dalma

Muhamad Taslim Dalma lahir di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara pada 15 November 1991. Jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan adalah Pasca Sarjana Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari pada Jurusan Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia (lulus 2018). Mulai bekerja sebagai jurnalis sejak tahun 2014 di salah satu koran lokal “Media Sultra”, lalu pada 2015 pindah ke media online “Zonasultra.com” hingga saat ini.  

Rosy Dewi Arianti Saptoyo

Rosy mengawali karir jurnalistiknya sebagai kontributor Kantor Berita Radio (KBR) 68H pada 2019. Ia bergabung sebagai reporter desk Tren pada 2021 dan bagian dari Tim Cek Fakta Kompas.com. Ia tertarik dengan isu keberagaman, perempuan, disabilitas, HAM, dan topik populer yang ramai dibicarakan di media sosial.

Stanislaus Yangni

Stanislaus Yangni, biasa dipanggil Sius, tinggal dan bekerja di Yogyakarta sebagai penulis freelance. Ia pernah mengenyam pendidikan di fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta, STF Driyarkara Jakarta, dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Bidang yang ditekuni selama ini seni rupa, estetika dan filsafat. Selain menulis, ia juga memotret, dan melakukan pekerjaan desain grafis. 

Triyo Handoko

Triyo adalah penulis asal Solo yang saat ini bekerja untuk Remotivi. Ia meminati kajian media dan budaya dan pernah mengikuti "Masterclass Jurnalisme Seni Rupa" dari DKJ dan "Sekolah Penelitian dan Penulisan Seni Rupa" dari Galeri Lorong. 

 

Peserta Terpilih Kohort B

Andi Joko Prasetyo

Andi mulai menulis berita sejak tahun 2015, atas latar belakang keresahan dalam diri yang merasa bahwa isu-isu penyandang disabilitas sangat jarang terekspos oleh media-media yang ada di Indonesia baik cetak maupun online, serta karena kurangnya kesadaran masyarakat atas apa yang terjadi di desanya karena media-media hanya memberitakan apa yang terjadi di kota-kota. Dari dua hal tersebut ia mulai menulis di blog pribadi tentang apa yang terjadi di desanya, serta memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas melalui berita, dengan tetap mematuhi kode etik jurnalistik. Atas respon positif dari teman-teman dan pembaca, ia dan rekan-rekannya kemudian membentuk Warto Deso di tahun 2017.

Annisa Anggraini

Annisa adalah seorang guru Tuli yang mengajar di SLB BCD Nusantara Depok, Jawa Barat. Ia memiliki hobi menulis, membaca buku, melukis, memasak, berkebun, dan fotografi.

Junita Setiawati Herlambang

Junita adalah seorang Motivator Tuli dan Trainer untuk Beauty & Spa. Ia juga pernah menulis sebuah buku tentang pengalaman hidupnya yang berjudul "The Journey of Grace, Menaklukkan Dunia Tanpa Suara". Penghargaan-penghargaan yang pernah ia terima adalah di antaranya Penghargaan "Woman Hero" oleh BEM Universitas Airlangga dan Kementerian Pemberdayaan Wanita, serta Penghargaan "Perempuan Inspiratif 2019" oleh Yayasan Anne Avantie. 

Karina Eka Dewi Salim

Karina Lin adalah seorang penulis, blogger, dan penyintas SLE (Systemic Lupus Erythematosus) atau Lupus. Ia memiliki dan mengelola blog bernama Semangatkarin.com yang fokusnya seputar topik penyakit lupus dan dan autoimun. 

Nabila May Sweetha

Nabila May Sweetha, atau akrabnya disapa Lala lahir 22 Mei 2003 di kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Tahun ini Lala baru saja lulus dari SMA Negeri 11 Makassar, dan rutin menulis tentang isu-isu difabilitas di beberapa media online seperti ekspedisidifabel dan solider.id. Ia menjadi buta di tahun 2017 lalu karena virus tourch plasma dari kelincinya, dan hingga sekarang ia masih mencintai kelinci. Anak sulung ini terobsesi pada Harry Poter dan coklat. Sudah menulis beberapa karya sastra di antaranya Warisan Kematian (novel), Ubur-ubur Di Matamu (novel), dan Kenangan Mengajari Kenangan Lainnya (kumpulan cerpen).

Suryandaru

Suryandaru telah berpengalaman selama lebih dari 20 tahun di bidang pemberdayaan penyandang disabilitas sensorik netra, melalui aktivitas di dalam organisasi Pertuni Daerah Jawa Tengah.  Ia telah melakukan advokasi kepada perguruan tinggi swasta sehingga terbuka kesempatan disabilitas netra berkuliah secara gratis di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), meningkatkan kualitas tunanetra  dan membangun kerja sama dengan organisasi disabilitas di luar Pertuni.  Suryandaru memperkuat partisipasi Pertuni Daerah Jawa Tengah dalam perjuangan disabilitas baik pada tingkat nasional dan internasional, menjaga kemitraan dengan entitas pemerintah dan bukan pemerintah, menjadi konsultan di bidang disabilitas netra, melakukan kampanye sosial dan advokasi bagi sesame tunanetra.

Tommy Hari Firmanda

Tommy adalah seorang penyandang tunanetra low vision yang bekerja sebagai konselor dan Disability Advisor di Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD UB), Malang. Ia juga merupakan advokat dan peneliti di Australia-Indonesia Disability and Advocacy Network (AIDRAN). Dengan background pendidikan dalam bidang psikologi dan pendidikan khusus, Tommy memiliki minat dalam pendidikan inklusi dan dukungan pembelajaran bagi siswa dengan kebutuhan khusus, terutama bagi tunanetra. Oleh karena itu, ia banyak menulis artikel dan banyak melakukan riset terkait dengan isu-isu inklusi disabilitas di Indonesia. 

Yeni Endah Kusumaningtyas

Yeni Endah adalah odalangka Friedreich's Ataxia yang menjadi difabel saat berumur 19 tahun. Ia ingin terus berkarya dan mengukir prestasi di dunia literasi, salah satunya adalah melalui blognya di: https://yeniendah.blogspot.com

Profil Mitra Pelaksana

Disability Arts Online (DAO)

DAO adalah organisasi seni dan organisasi amal terdaftar asal Inggris yang dipimpin oleh penyandang disabilitas.
DAO menempati posisi global yang unik dengan situs web yang berbasis di Inggris, jaringan media sosial yang luas, program komisi dan pengembangan seniman, kemitraan, dan komunitas kreatif penyandang disabilitas yang dinamis. 
www.disabilityarts.online

 Aliansi Jurnalis Independen (AJI)

AJI adalah asosiasi jurnalis dengan anggota yang tersebar di 40 kota di seluruh Indonesia. AJI berafiliasi dengan beberapa organisasi internasional, seperti International Federation of Journalists (IFJ), International Freedom of Expression Exchange Organization (IFEX), Southeast Asia Press Alliance (SEAPA), Forum Asia, dan Global Investigative Network (GIJN).
AJI memiliki tiga program utama, yaitu kebebasan pers, kesejahteraan jurnalis, dan profesionalisme.
www.aji.or.id

KamiBijak

KamiBijak adalah singkatan dari Kami Berbahasa Isyarat Jakarta.
KamiBijak memberi kemudahan akses informasi daring ramah Disabilitas terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan pendengaran (Tuli) melalui media visual dalam bentuk video Bahasa Isyarat dan teks. 
Media KamiBijak merupakan media Disabilitas pertama di Indonesia. 
www.kamibijak.com

Sebagai cara untuk mempraktikkan apa yang mereka pelajari, setiap peserta ditugaskan untuk menulis artikel tentang seniman-seniman disabilitas. Baca artikel-artikelnya di sini atau melalui link di bawah. 

Sebagian sesi dari lokakarya ini diliput oleh KamiBijak untuk kemudian dikomunikasikan ke dalam video yang ramah untuk penonton Tuli, melalui channel youtubenya. Kunjungi tautan luar halaman ini untuk menonton videonya.

Lihat juga

Tautan luar