By Suryandaru, Advokat Disabilitas, Pertuni Jawa Tengah

06 Oktober 2021 - 19:34

 Foto celengan-celengan berkarakter dari ukuran kecil hingga sedang, berbentuk Doraemon dan Hello Kitty.
Deskripsi gambar: Foto celengan-celengan berkarakter dari ukuran kecil hingga sedang, berbentuk Doraemon dan Hello Kitty. ©

Dokumentasi Apri Suhartanto

Apri Suhartanto itulah nama seorang pemuda yang berasal dari Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah.  Pemuda ini tidak pernah bermimpi menjadi seorang disabilitas sekaligus penggerak bagi komunitasnya melalui kerajinan celengan  berkarakter.  

Sebagaimana disampaikan kepada jurnalis, Apri, sapaan akrabnya selama ini, pada mulanya merupakan seorang karyawan Bank Rakyat Indonesia (BRI)  Syariah Cabang Kabupaten  Banyumas.  Tahun 2013, yang bersangkutan mengalami kecelakaan dan  berakibat kaki kirinya  diamputasi di atas lutut.

Kantor tempat pemuda Banyumas ini  bekerja bersikap akomodatif terhadap kondisi disabilitas yang baru saja dialami karyawannya.  Apri yang sebelumnya menduduki posisi sebagai analis kredit, dipindah ke bagian administrasi.  Adapun pertimbanganya adalah bagian baru tersebut tidak menuntut mobilitas baik di luar maupun di dalam kantor yang berlebihan, sehingga memungkinkan penyandang disabilitas fisik  tetap bekerja dengan baik.

Perpindahan dari bagian teknik ke support tidak terlalu menyulitkan bagi sosok yang dikemudian hari menjadi salah satu aktivis disabilitas di Provinsi Jawa Tengah. Bahkan harapan bank syariah milik pemerintah ini   ternyata tidak sia-sia, karena sosok karyawan disabilitas yang satu-satunya pada waktu itu di lingkungan BRI Syariah berhasil menunjukkan kinerjanya yang patut dibanggakan. Wujud penghargaan yang diberikan kepada Apri yaitu berupa sebutan “The Best Support” pada tahun 2017. Tentu saja hal ini tidak disangka-sangka karena perusahaan mengakui keberadaan dan prestasi kerja salah satu  karyawan  yang juga penyandang disabilitas.

Suasana  kerja yang telah mendukung prestasi kerja, sayangnya  belum  diimbangi aksesibilitas yang memadai. Hal itu disebabkan masih adanya tangga yang menghubungkan lantai bawah dan atas kantor, dan belum adanya akomodasi yang layak (reasonable accommodation) berupa landaian, “elevator”, atau “lift”. Oleh karena itu, pemuda kelahiran tahun 1981 ini  masih harus naik dan turun tangga ketika melakukan mobilitas di lingkungan kantor. 

Akibatnya, ketika beban kerja memuncak sewaktu lembur di tiap  akhir dan awal bulan, kaki kirinya  mengalami pembengkakan, sehingga kesulitan menggunakan kaki palsu. Walaupun pembengkakan tersebut akan mereda ketika aktivitas naik dan turun tangga berkurang karena tidak lembur, tetapi ketidaknyamanan saat kakinya membengkak membulatkan tekat Apri untuk mengundurkan diri dari tempat kerjanya.  Akhirnya, walaupun telah menyandang sebutan  “The Best Support”, pada tahun 2020 karyawan dengan disabilitas  yang penuh semangat bekerja secara inklusi  ini  memutuskan mengundurkan diri.

Di sisi lain, hasrat untuk berkomunitas menuntun Apri bergabung dengan sebuah organisasi disabilitas yang bernama Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kabupaten Banyumas sejak 2015.  Keberpihakannya kepada sesama penyandang disabilitas, menuai kepercayaan dari anggota PPDI Kabupaten Banyumas, sehingga   sosok yang penuh inspirasi ini pada tahun 2018  dipilih menjadi ketua. Selanjutnya, berbagai kerja sama dijalin dengan berbagai entitas  guna membuka kesempatan bagi penyandang disabilitas Kabupaten Banyumas memperoleh keterampilan dan pengetahuan. Kerja sama tersebut antara lain dengan Bank Jateng berupa pelatihan usaha mikro dan Universitas Sudirman berupa pelatihan pembuatan piring dari lidi. Kerja sama yang dirintis juga mengantarkan ke perkenalan dengan seorang penyandang disabilitas asal  Kabupaten Kebumen, dan bermula dari sinilah pembuatan celengan berkarakter   bagi penyandang disabilitas di wilayah Kabupaten Banyumas. 

Barisan celengan karakter yang masih berwarna putih belum diwarnai.
Deskripsi gambar: Barisan celengan karakter yang masih berwarna putih belum diwarnai.  ©

Dokumentasi Apri Suhartanto

Seorang pembuat kesed kain perca di Usaha Berkah Mandiri, sedang menjahit dengan mesin jahit.
Deskripsi gambar: Seorang pembuat kesed kain perca di Usaha Berkah Mandiri, sedang menjahit dengan mesin jahit.  ©

Dokumentasi Usaha Berkah Mandiri

Dengan didukung oleh Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Banyumas, sebanyak 20 orang penyandang disabilitas fisik di wilayah Kabupaten Banyumas mengikuti pelatihan pembuatan celengan berkarakter. Bahan pembuatan celengan tersebut adalah gipsum dan karakter kartun yang dijadikan model antara lain Doraemon, Hello  Kitty, dan lain-lain. Menurut Apri, pelatihan ini berbeda dengan pelatihan-pelatihan sebelumnya yang mengajari ketrampilan bagi para penyandang disabilitas antara lain membuat keset yang kurang nilai jualnya.

Efek positif pelatihan pembuatan kerajinan celengan ini memberi tambahan penghasilan bagi pengrajinnya, sehingga menambah kepercayaan diri. Selain itu, persepsi masyarakat  juga menjadi lebih positif, sebab  penyandang disabilitas tidak lagi dipandang sebagai golongan yang perlu dikasihani. Bahkan kerja-kerja advokasi juga mulai diperhatikan oleh pemerintah. Contohnya, kebutuhan aksesibilitas, di Pengadilan Negeri Kota Purwokerto mulai memperhatikan masukan dari para penyandang disabilitas.

 Guna mendukung keberhasilan pelatihan yang dilakukan, maka perlu juga diperhatikan pemasaran produk yang  dihasilkan  dan sosialisasi kegiatan. Adapun sisi pemasaran, didukung  sepenuhnya oleh mantan karyawan BRI Syariah ini melalui jaringan pertemanannya yang luas. Apri sering mengirimkan foto-foto hasil kerajinan celengan kepada teman-temannya melalui aplikasi Whats App kepada seluruh rekannya. Syukurlah, mereka merespon positif dengan membeli dan pembeliannya berulang sehingga menunjukkan para konsumen puas terhadap produk tersebut. 

Sosialisasi atau penyeberluasan informasi perihal pelatihan pembuatan celengan dilakukan melalui akun Instagram @aprisuhar1. Langkah sosialisasi ini berhasil menginformasikan kerja-kerja baik para penyandang disabilitas di Kabupaten Banyumas. Dampaknya, jaringan kerja sama guna mendukung pelatihan dan pemasaran pun makin meluas.  

Ketika ditanyakan kendala dari lingkungan di luar disabilitas, sosok pemuda penggerak ini menjawab bahwa tidak ada kendala. Pasar menerima semua produk kerajinan tanpa menanyakan pembuatnya penyandang disabilitas atau bukan karena bagi mereka yang penting adalah produk tersebut berkualitas baik dan sesuai dengan kebutuhan.  Pemerintah kabupaten dan provinsi juga mendukung usaha penyandang disabilitas untuk maju. Bahkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) memberi dukungan berupa “Corporate Social Responsibility” (CSR) sebuah mobil yang sangat berguna untuk mendukung mobilitas. 

Kendala yang ada justru dari penyandang disabilitas itu sendiri. Kerajinan yang dibuat cenderung asal jadi tanpa memperhatikan kualitas pembuatan dan pengecatan. Selain itu waktu pengerjaan kurang memperhatikan batas waktu yang diminta konsumen. Contohnya, saat ini ada pesanan sebanyak 50 buah celengan, tapi yang telah terkumpul belum mencapai jumlah  yang dibutuhkan.  

Itulah sebabnya pemasaran produk kerajinan celengan ini belum dimasukan ke “market-place” hingga anggota Kelompok Berkah mandiri (nama kelompok pengrajin celengan) asal Kabupaten Banyumas  benar-benar memenuhi standar yang dibutuhkan. “Di samping itu, saya belum menguasai teknik pengemasan yang memadai agar dapat mengirim produk kerajinan celengan ke luar kota dengan aman”, kata Apri.