Film, Archive, and Music Lab.
 Film, Archive and Music Lab: minggu pemutaran film, pertunjukan langsung dan kolaborasi antara profesional di bidang film dan musik bekerjasama dengan British Film Institute, PRS for Music Foundation dan HOME di Manchester. ©

British Council Music. © Thom Isom

 Film, Archive dan Music Lab (FAMLAB) adalah satu minggu penuh pemutaran film, pertunjukan langsung dan kolaborasi antara professional di sektor film dan music yang diadakan oleh British Council bekerjasama dengan the British Film InstitutePRS for Music Foundation dan HOME in Manchester. 

Film, Archive dan Music Lab mengeksplorasi potensi-potensi kreatif dari kolaborasi antara sektor sinema, pengarsipan film dan musik. British Council mengundang 16 seniman dan produser – termasuk musisi, sineas, dan komposer musik untuk video game – untuk mengikuti rangkaian lokakarya, kelas, pemutaran film dan acara jejaring dengan tujuan meningkatkan kesempatan kolaborasi antar sektor. Program FAMLAB sendiri terinspirasi dari kesuksesan dan terobosan kreatif program BFI: The Hitchcock 9 yang menampilkan pemutaran film dan diiringi dengan pertunjukan musik dari film secara langsung.

FAMLAB mempertemukan pelaku kreatif dari Asia Timur dan Britania Raya untuk memberikan kesempatan pengembangan kapasitas bagi para pelaku kreatif ini yang terdiri dari: Lisa Meyer (UK), William Doyle (UK), Masaaki Yoshida (Japan), Ruth Paxton (UK), Jessica Curry (UK), Roly Porter (UK), Shiva Feshareki (UK), Nick Abrahams (UK), Jay Bedwani (UK), Owen Wang (Taiwan), Aoura Chandra (Indonesia), Nguyen Manh Duy Linh (Vietnam), Fikri Fadzil (Malaysia), Jeremy Mayall (New Zealand), Chunhwi Park (Korea) and Thanapol Setabrahmana (Thailand). PRS for Music Foundation telah membantu pendanaan dan juga dalam pemilihan musisi Britania Raya yang terlibat dalam program ini. 

British Council Indonesia mengundang Aoura Chandra, direktur dari Famous ID, bagian dari Kapanlagi Networks, yang juga seorang sineas untuk mengikuti FAMLAB. Telah memproduksi beberapa film, Aoura membawa pengalaman dan pengetahuan luasnya dalam sektor film sebagai kombinasi yang melengkapi untuk para pelaku kreatif lain yang bergerak di sektor musik. 

Kami berbincang dengan Aoura seputar pengalaman menyenangkannya selama FAMLAB di Inggris awal Maret kemarin. 

Bagaimana perasaan Anda mengenai pengalaman yang Anda rasakan Selama FAMLAB? 

FAMLAB adalah program yang sangat bagus. 16 peserta yang tergabung dalam program saling akrab satu sama lain dan kami datang dari latar belakang professional yang sangat berbeda-beda. Awalnya, saya sempat bingung program ini akan dibawa ke arah mana, tetapi, keberagaman latar belakang yang dimiliki kami semua membuat diskusi yang kami lakukan jadi sangat menarik. 

Apa momen terbaik selama FAMLAB? Apa yang membuat Anda berpikir demikian? 

Salah satu hal utama yang paling disorot adalah perekaman langsung dari karya klasik “Shooting Star". Itu adalah salah satu proyek restorasi dan musik yang digunakan adalah gubahan John Altman, salah satu konduktor ternama. Saya merasa sangat beruntung dapat merasakan pengalaman tersebut. Hal ini juga menginspirasi saya untuk program saya kedepannya.

Apa sesi yang paling Anda sukai di FAMLAB?

Saya punya beberapa favorit sesi, tapi salah satu diskusi terbaik adalah diskusi saya dengan Saint Etienne mengenai pengarsipan film. Jadi mereka membuat film dari rekaman yang mereka miliki. Tetapi, musik yang mereka lakukan dan penggubahan filmnya benar-benar menjadikan film tersebut menjadi lebih hidup. Saya pribadi belum pernah terlibat secara langsung dengan proyek pengarsipan film walaupun saya sangat tertarik. Jadi, proyek yang mereka lakukan benar-benar mengena dan menginspirasi untuk saya. 

Apa hal paling inspirasional dan menakjubkan yang Anda alami selama Anda mengikuti FAMLAB? 

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, program ini sangat menginspirasi. Namun, dari pandangan saya pribadi, hal yang paling menakjubkan adalah bagaimana pertunjukkan musik langsung yang dimainkan selama film berlangsung benar-benar memberikan efek luar biasa yang berbeda dari pengalaman nonton film yang biasa saya alami. 

Setelah mengikuti FAMLAB, apakah Anda sudah mulai mendapatkan ide-ide kreatif untuk berkolaborasi dan merancang proyek atau program kedepannya? Lalu, dampak seperti apa yang Anda harapkan dari program atau proyek itu? 

Ya, saya sudah mulai memikirkan beberapa ide yang ingin saya kembangan setelah mengikuti FAMLAB. Tujuannya sendiri adalah untuk memberikan pengalaman baru dan membuka kesempatan kolaborasi antara musisi dan sineas untuk berkolaborasi dan menciptakan karya baru. 

Dari semua orang yang Anda temui selama FAMLAB, siapakah yang paling berkesan?

Semua orang berkesan dengan keunikan mereka masing-masing, tidak hanya pembicaranya tetapi juga peserta. Banyak dari mereka adalah orang-orang yang sangat kreatif dan total pada apa yang mereka kerjakan. John Altman, adalah salah satu pembicara yang paling berkesan untuk saya. 

Secara singkat, dan juga sebagai penutup, apa yang Anda pelajari dari mengikuti FAMLAB? Dan apa yang Anda harapkan setelah mengikuti FAMLAB?

Yang saya pelajari dari mengikuti FAMLAB adalah arsip film merupakan sesuatu yang sangat berharga untuk sineas. Arsip film menangkap sejarah perfilman dan memberikan konteks sosial yang dapat diaplikasikan juga dalam era modern ini. Tidak hanya itu, penanganan arsip film yang baik juga dapat memberikan nilai hiburan yang besar apabila dilakukan dengan benar. 

Saya sangat berharap dapat mengaplikasikan dan menularkan inspirasi ini untuk program kedepannya. Saya juga berharap dapat berkolaborasi dengan peserta-peserta yang saya temui kemarin. 

Tentang Aoura Chandra

Aoura telah menjadi produksi untuk empat film panjang semenjak menjadi sineas profesional di tahun 2005 dan film terbarunya telah diputar di Sundance Film Festival. Aoura berharap dapat berkolaborasi dengan musisi dan menambah pengetahuannya selama mengikuti Film, Archive dan Music Lab.