By Shakia Stewart, Digital Content Manager

27 Oktober 2017 - 17:27

Orkestra yang mendampingi pemutaran film Hitchcock 'The Lodger: A Story of the London Fog'
Sjuman School of Music membawakan arasemen terbaru mereka mendampingi pemutaran film bisu dari Alfred Hitchcock: 'The Lodger: A Story of the London Fog' (1927).

Sebagai bagian dari program UK/ID Festival 2017, penonton mendapat kesempatan langka untuk menyaksikan dua film dengan iringan komposisi musik yang dibawakan secara langsung.

The Lodger: A Story of the London Fog arahan Alfred Hitchcock diiringi oleh orkestra yang memainkan komposisi musik baru, sementara film A Distant Echo dari sutradara juga kurator George Clark asal UK mendapatkan perlakukan baru dengan bebunyian dari Hanyaterra, kolektif musik keramik ternama asal Jatiwangi.

Kami berbincang dengan Indra Perkasa, guru komposisi musik untuk film di mana gubahan musik muridnya dipakai untuk mengiringi film Hitchcock, dan Nathania Karina yang memimpin orkestra mengenai apa saja yang diperlukan dalam memainkan komposisi musik untuk film secara langsung di hadapan publik.

Apa saja hal-hal penting yang harus dipikirkan saat menulis komposisi musik untuk film?

Pertama-tama, saya dan para murid harus menonton filmnya beberapa kali guna betul-betul memahami kisahnya. Salah satu hal krusial adalah mengetahui kapan saatnya mengubah suasana lagu—kapan harus memainkan tempo cepat, kapan perlu tempo lambat. Dinamika ini didikte sepenuhnya oleh film.

Kami tidak hanya membuat musik, kami juga harus menjadi denyut filmnya. Itulah tantangan yang diberikan kepada para murid. Biasanya kami memiliki tiga bulan untuk menulis komposisi sebelum saya menghubungi orkestra dan mulai latihan.

Kami tidak  hanya membuat musik, kami juga harus menjadi denyut filmnya.

Untuk Hitchcock, saya meminta para murid untuk melakukan riset tentang jenis musik yang beredar pada era tersebut. Saya juga meminta mereka untuk mendengarkan karya komposer yang sering bekerja dengan Hitchcock, Bernard Herrmann, untuk mempelajari gayanya. Saya pikir merupakan hal baik bagi murid untuk mengalami aneka ragam musik agar mereka bisa bermain di berbagai bidang. –Indra Perkasa

Hanyaterra, kolektif musik keramik ternama dari Jatiwangi, mengiringi film ‘A Distant Echo’ garapan George Clark.
Hanyaterra, kolektif musik keramik ternama dari Jatiwangi, mengiringi film ‘A Distant Echo’ garapan George Clark.
Musisi tampilkan permainan musik langsung untuk film Hitchcock di UK/ID Festival 2017.
"Bagi para musisi, ini merupakan pengalaman yang menantang karena tidak bisa diprediksi—tentunya ini juga merupakan langkah yang tepat dalam meningkatkan stamina!” –Pemimpin orkestra Nathania Karina.Durasi film Hitchcock adalah 90 menit.
Indra Perkasa dan Nathania Karina
Indra Perkasa, guru komposisi musik untuk film di mana gubahan musik muridnya dimainkan pada UK/ID Festival dan Nathania Karina yang memimpin orkestra untuk penampilan tersebut. 

Seperti apa pendekatan Anda terhadap penampilan ini dan bekerja dengan orkestra?

Saya pikir merupakan kesempatan langka di Indonesia untuk mendapat pengalaman memainkan komposisi musik untuk film secara langsung di hadapan publik, jadi ini sangat bagus.

Bagi penonton, orkestra yang mengiringi film secara langsung membuat film bisu menjadi lebih menarik. Bila tidak, mereka bisa merasa bosan dan tidak terlalu memperhatikan.

Dari aspek penampilan, ini sebetulnya merupakan hal yang sangat sulit. Komposisi musik untuk film berarti film mendikte musik. Dalam satu adegan bisa ada seseorang yang tersenyum, namun di adegan berikutnya ada yang tertusuk. Itu adalah perubahan besar dalam jarak satu detik saja, dan bisa sangat menantang bagi para musisi. Terutama bagi para musisi yang belum benar-benar menonton filmnya!

Cara musik itu ditulis juga tidak konvensional. Banyak menggunakan teknik modern yang jarang digunakan dalam lagu-lagu pop atau musik klasik. Mereka banyak bereksperimen dengan suara, dan terkadang komposer harus menggambarkan suara yang berbeda dengan nada musikal.

Dalam proyek seperti ini, sangat penting untuk berdiskusi dengan komposer agar kami tahu suara seperti apa yang mereka inginkan, dan merupakan hal penting pula untuk betul-betul presisi dengan pengaturan waktu. Anda tidak bisa melewatkan sebuah bar—sangat rumit. Saya melakukannya dengan metronom di telinga, para musisi juga memakainya. – Nathania Karina

Baca juga cerita lainnya dari UK/ID Festival 2017