Rafli, pentolan grup musik ini, pernah dianugerahi dengan gelar Duta Perdamaian Aceh: kehilangannya pada saat bencana tsunami tahun 2004 melanda tanah airnya tidak mencegah Rafli untuk melanjutkan upaya dalam bermusik alih-alih ia membuat konser di kamp penampungan korban untuk menanamkan harapan dan semangat kepada masyarakat Aceh yang terkena dampak tsunami. Sebagai seorang duta, pada tahun 2008, Rafl dan Kande mempersembahkan sebuah konser musik untuk memperingati kesepakatan perdamaian antara Gerakan Aceh Merdeka (Organisasi Kemerdekaan Aceh) dan Republik Indonesia di seluruh Aceh, dari Lhokseumawe, Bireun, Takengon, Meulaboh, hingga Banda Aceh melalui dukungan dari Organisasi Internasional untuk Migrasi, Japan Foundation, USAID, dan Uni Eropa.
Di samping jadwal yang ketat, para anggota Kande memiliki kewajiban untuk mengajarkan seni musik dalam lokakarya dan kelas privat untuk anak muda Aceh, dengan tujuan sederhana untuk mewariskan semangat bermusik dan memainkan genre tradisional maupun modern kepada para generasi muda di Aceh.
Tentang pertunjukan
“Aceh Meukondroe”
Direkam dan diluncurkan pada tahun 2006, Meukondroe adalah album ke dua Kande yang menggabungkan perkusi Islam tradisional Aceh dan alat musik barat, seperti gitar dan bass.
Dinyanyikan dalam bahasa tradisional Aceh, Meukondroe kira-kira dapat diterjemahkan sebagai "Jika Bukan Kami". Ini adalah cerita dari tanah Aceh pada saat gejolak di tahun - dari masa lalu tragedi tsunami pada tahun 2004 hingga konflik sipil dengan gerakan kemerdekaan separatis. Musik Kande sangat kuat, dinamis, dan mempesona dengan tekstur vokal yang kaya, hal tersebut adalah kombinasi dari perkusi Islam tradisional Aceh dan instrumen musik barat.
Kombinasi khas dari alat musik tradisional Islam Aceh, yaitu rapa'i (perkusi terbuat dari kayu nangka dan kulit kambing) dengan gitar modern bergaya akustik dan listrik serta bass, telah membawa musik yang memiliki tema universal dan gaya dari ajaran Sufisme abad ke-16 yang menyampaikan pesan perdamaian, agama, dan lingkungan.